Al 5. dipaksa ikhlas

67 23 29
                                    

Brug..

"Maaf mba, saya gak sengaja." Riyan meminta maaf karena telah menubruk seorang mba-mba yang tengah berjalan di lorong depan ruangan ayahnya.

Perempuan itu mengangguk. "Iya Mas gak papa, saya juga minta maaf jalan gak liat-liat." Riyan mengangguk lalu membiarkan Perempuan itu pergi meninggalkan dirinya lebih dahulu.

🍂🍂🍂

Alya masuk kedalam ruangan ayah Riyan setelah sebelumnya mengucapkan salam namun tak ada jawaban apapun.

Matanya mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang mendampingi ayahnya di dalam ruangan, namun tak ada seorang pun disana. Ekor matanya tak sengaja melihat kearah Brangkar rumah sakit dimana ayah Riyan terbaring. Tangan lemah itu berusaha mengambil sebuah gelas yang berada diatas nakas.

Dengan cekatan Alya membantu mengambilkan gelas yang telah di isi air putih, lalu memberikannya pada Henri ayah Riyan.

Alat bantu pernapasan itu di lepaskan oleh tangan lemah milik Henri. Ia menerima segelas air putih yang diberikan padanya, air matanya sedikit keluar saat menyadari diruangan putih ini ada beberapa pakaian milik putranya. "Al-lghif dimana?" tanya Henri saat sudah selesai dengan minumnya.

Alya tersenyum mendengar Henri menyebutkan nama Riyan dengan sebutan Alghif kembali, rasanya seperti Riyan diakui jika mendengar perkataan Henri yang menanyakan Alghif. "Alghif lagi keluar dulu om, bentar lagi juga balik om." Alya berbohong untuk menjawab pertanyaan ayah Riyan. Untuk mengatakan jujurpun ia tidak tau harus menjawab apa, karena memang ia tidak tau dimana Riyan saat ini.

"Aku panggilan dokter dulu ya om."

Alya menekan tombol yang berada di samping Brangkar milik Henri lalu memberi dokter te teng kondisi pasien saat ini. Selesai dengan dokter yang memeriksa keadaan ayah Riyan, kini Henri kembali tertidur dengan efek obat yang bereaksi.

Kaki jenjangnya melangkah keluar mencari keberadaan Riyan saat ini. Entah dimana dia, dan sedang apa? Sehingga memberikan ayahnya sendiri di dalam ruangan rumah sakit begitu lama.

Lo dimana Yan? Apa seberefek ini dia buat lo?, sampe lo tega ninggalin bokap lo lama di ruangannya sendirian.

🍂🍂🍂

Asap rokok mengepul dengan bebasnya terbawa angin malam yang dingin. Bintang di langit tak ada satupun yang bersinar, seolah ikut merasakan rasa sakit yang ia rasakan saat ini, hingga tak ada satupun yang menerangi langit malam ini.

Sudah tiga jam lamanya Riyan duduk di rooftop sendirian. Hanya suara bising kendaraan dari sebrang yang menemaninya.

Kakinya menginjak batang rokok yang baru saja ia habiskan, lalu mengambil satu batang lagi yang berada di sampingnya. Baru saja Riyan akan kembali membakar rokok yang berada di tangannya, tiba-tiba dari arah belakang merampas rokok yang berada di tangannya.

Riyan menyernyitkan alisnya menatap seorang gadis di sampingnya. "Lo apa-apaan sih Al!"

"Harusnya gue yang tanya! Lo ngapain kaya gini?!" Alya mematahkan satu batang rokok itu dengan beringas. "Sadar Ya, lo udah habisin berapa batang rokok selama tiga jam?! Lo sadar gak, ini semua bikin hidup lo nambah ancur dan berantakan?!" sarkas Alya dengan nada yang meninggi.

Ia menatap tidak percaya pada banyaknya batang rokok yang telah Riyan habiskan sendiri. Alya langsung merampas bungkus Rokok yang masih terlihat setengah lagi dari samping Riyan, lalu membakarnya sekaligus dengan korek gas yang berada di tangan Riyan.

"Lo_ ..!" Riyan menggantung ucapnya saat menyadari emosinya kalut.

"Kenapa Yan? Kenapa?"

"Apa ini cara lo luapin rasa sakit hati lo? Apa ini cara lo?. Apa dengan ini Ara bisa jadi milik lo?! Apa bisa?" Alya menunjuk jari telunjuknya tepat di wajah Riyan. "Gak akan bisa Yan! Lo harusnya sadar, dia itu milik orang lain!"

Alya memegang kepalanya dengan kedua tangannya yang ikut mengusap, tangannya mengepal di belakang kepalanya. Apa sedalam itu rasa lo buat Ara?

"Lo gak akan pernah tau gimana rasanya jadi gue Al! Lo gak tau seberapa sakitnya gue!"

Alya tersenyum smirk. "Lo salah Yan. Jauh sebelum lo rasain hal ini gue duluan yang rasainnya _ gue tau semua rasa sakit yang lo rasain Yan! Bahkan mengikhlas kan orang yang gue sayang demi kebahagiaannya udah gue rasain Yan. Bahkan orang yang gue udah ikhlasin gak pernah tau soal perasaan gua," tutur Alya dalam hati sambil memandang ke arah Riyan yang sibuk memandang ke depan posisi rooftop rumah sakit.

"Sesakit apapun perasaan lo sekarang lo harus inget, dia bukan prioritas lo. Ada bokap lo yang nunggu lo didalam sana!" Alya menarik nafasnya terlebih dahulu lalu menghembuskannya. "Lo terlalu sibuk sakit hati sampe bokap lo sadar juga lo gak tau!"

Riyan memutarkan arah pandangannya pada Alya."Ayah udah sadar? Iya Al?!" Alya mengangguk. Lalu tanpa berpamitan atau bahkan mengajak Alya sedikitpun Riyan pergi lari meninggalkan Alya yang masih setia berdiri diatas sana.

Senyum hambar memenuhi wajahnya saat menatap punggung Riyan yang kian menjauh memasuki pintu utama untuk turun dari atas sini. "Lo gak akan pernah tau soal perasaan gue Yan! Maaf mungkin gue bilang ikhlas, tapi kenyataannya hati gue masih setia singgah."

"Jangan tanya soal perasaan ini sampe kapan Yan? Gue gak tau! Gue udah cape pake segala cara buat lupain lo tapi hasilnya gak ada." Alya tertawa menertawakan dirinya sendiri, menurutnya miris kisah hidupnya. Sudah ditinggalkan kedua orangtua sejak kecil dan hidup dengan sebuah perasaan yang sedari dulu tak pernah bisa diungkapkan.

🍂🍂🍂


Jangan dulu kabur kau belum Vote!! Vote dulu baru, boleh pergi. kalo lebih bagus sih komen pendapat kalian gitu!!..

See you minggu depan😌.

Yang mau baca AU Romance islami boleh mampir ke Tiktok aku.

Judul : sendu di ufuk Rasa
Account : Ray_ol

Versi Wp-nya juga udah ada kok🦢.

Yu dipilih- di pilih... mari baca- baca. Kaya orang jualan ey🤣.

AlghifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang