Chap. 8 : Ultimatum

768 83 0
                                    

(Freen's POV)

"SIAPKAN MOBIL KITA PERGI KE LELANG 5 MENIT LAGI!" Bentakku pada para bodyguard yang berkumpul.

"Kalian tuli?!" Ucapku lagi ketika tidak ada satupun dari mereka yang bergerak.

"Apakah kalian-"

Dok

Dok

Dok

Suara langkah kaki itu.

"Ayah?" Ucapku terkejut. Ayahku muncul dari ruangan kerjaku. Pantas saja para bodyguard tidak merespon perintahku.

"Kemarilah nak." Ucap ayah memanggilku masuk ke ruang kerja.

"Ayah ada apa kemari? Sejak kapan di sini?" Tanyaku mencium tangannya yang dipenuhi dengan cincin emas.

"Apakah aku mengganggu kegiatanmu?"

"Tentu saja tidak! Aku bisa pergi ke pelelangan kapan saja." Ucapku.

"Kita perlu membicarakan sesuatu."

Ini tidak bagus.

"Apa itu, ayah?"

"Kau lihat cincin- cincin ini, Freen?." Ucapnya menyodorkan jari- jari penuh cincin mahal.

Satu cincin menyimbolkan satu perusahaan yang ayah dirikan dengan sukses.

Waktu aku masih muda, ayah memiliki sepuluh cincin sebagai simbol sepuluh perusahaan yang dipimpinnya.

Seiring waktu dia memercayakan aku tiga perusahaan untuk dipimpin dan memberikan tiga cincin itu untukku.

"Ya?"

"Menurutmu bagaimana ayah mendapatkannya?"

"Ambisi, tekad kuat, dan kerja keras." Jawabku.

"Betul. Kau memang anakku yang pintar."

"Terima kasih, ayah. Aku berusaha keras mengikuti jejakmu." Ucapku.

"Ayah menyesalinya."

"Apa?" Tanyaku.

"Ayah menyesali jalan yang ayah ambil untuk mencapai kesuksesan itu dan ayah tidak mau kau mengalami hal yang sama."

"Ta-tapi..."

"Tidak ada tapi! Lihat ayah, Freen! Ayah sudah hidup terlalu lama di jalan yang salah dan sekarang ayah menyesalinya. Kesalahan- kesalahan menghantuiku dalam mimpi setiap hari dan obsesi akan kesuksesan membuat ayah kesepian."

"Apa maumu, yah?"

"Ayah ingin kau berhenti mengikuti langkah ayah!"

"Ayah ingin aku bagaimana?"

"Tidak ada lagi trik kotor. Tidak ada lagi suap menyuap. Ayah ingin kau berbisnis dengan jujur."

"Aku akan berusaha."

"Harus! Dan..."

"Dan?"

"Menikahlah."

"Apakah kau gila? Kau mengajarkanku untuk menghindari wanita dan sekarang kau ingin aku menikah?" Racauku.

"Ayah tahu dan ayah menyesalinya."

"Tidak! Aku tidak mau menikah!" Geramku.

"Maka kembalikan cincin itu?" Ucapnya menunjuk ketiga cincin dijariku.

Keparat.

"Tidak mau! Bertahun- tahun aku bekerja keras siang dan malam membangun kembali perusahaanmu yang hampir runtuh! Aku tidak rela!" Teriakku. Menyembunyikan tanganku di belakang punggung.

"Kalau begitu menikahlah! Ayah tahu kau tidak suka tapi ini demi kebaikanmu. Ayah menyesal sudah mengajakmu ikut di jalan ayah dan ayah harap permintaan ayah ini bisa menebusnya. Dengan menikah setidaknya kau tidak akan merasa kesepian saat tua nanti."

Aku berpikir keras bagaimana cara untuk menghindari permintaan konyolnya dan tampaknya ayah mengetahui isi pikiranku.

"Menikahlah dengan wanita tadi pagi." Ucapnya.

"Apa?"

"Menikahlah dengan wanita yang tadi pagi meneriakimu."

"Kenapa dengannya?"

"Kelakuanmu sudah terlalu jauh. Kau butuh seseorang untuk mengendalikanmu sedikit dan ayah yakin wanita itu bisa."

"Ini keterlaluan! Tidak bisakah aku memilih sendiri?" Ucapku tidak terima.

"Kau kira ayah tidak tahu sifatmu? Ayah yakin kau akan membawa wanita bayaran untuk kau nikahi."

Sial.

"Jika aku menikahinya aku tetap memiliki tiga cincin ini?" Tanyaku.

"Dia harus menikahi mu dengan sukarela."

Sial sekali.

"Waktumu setahun untuk melakukannya jika gagal ayah akan mengambil kembali milikku." Ucapnya.

Keparat.

Aku pergi meninggalkan ayah untuk menenangkan diri.

Menikah?

Bertahun- tahun lamanya dia mengajariku membenci pernikahan dan kini dia ingin aku menikah? Bajingan.







Can't Buy Me Love (FreenBecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang