Apakah aku percaya pada “Cinta pertama dan terakhir?” Jujur saja, aku bukanlah orang yang percaya cinta. Menerima seseorang untuk masuk ke dalam hidupku merupakan hal yang sulit kulakukan sejak dulu. Karena aku sangat sering dikhianati oleh orang lain.
Jangankan memikirkan soal percintaan. Di masa muda, aku terlalu sibuk untuk menyelesaikan misi sebagai pembunuh bayaran. Tidak ada waktu untuk mempercayai orang lain. Selain itu, tidak banyak perubahan yang terjadi sampai aku menempati posisi Bos Port Mafia.
Akan sangat aneh bila wanita mendekati Bos Port Mafia tanpa maksud buruk.
Setidaknya sampai Dazai memberikan sebuah ide yang tidak biasa. Mungkin dia berniat untuk mengubah sifatku lagi, seperti yang ia lakukan di pertemuan pertama kami.
Berkat ide tidak masuk akal dari Dazai, aku dapat bertemu dengan [Y/n]. Mungkin aku harus banyak berterima kasih padanya. Memberinya libur setelah semua urusanku selesai juga bukanlah hal yang sulit dilakukan.
Bicara soal [Y/n]. Ia adalah wanita sederhana yang menyayangi keluarga. Terlalu menyayangi mereka sampai rela melakukan apa saja termasuk menjual raganya padaku.
Seperti kata Dazai, "untuk mengusir rasa penat". Niat awalku memang seperti itu. Lagipula perempuan ini belum tentu bertahan selama satu Minggu denganku.
Hanya saja… otakku menjadi kosong saat kami beradu pandang. Aku mulai merasakan sesuatu yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Logika dan perhitungan yang diam-diam selalu kulakukan di dalam kepalaku seperti hilang begitu saja.
Mengekspresikan sesuatu dengan kata-kata ataupun ekspresi wajah bukanlah keahlianku. Tapi percayalah, aku jadi sering sekali memuji wanita itu. Tiada hari kuhabiskan tanpa memikirkannya.
Seolah aku menjadi orang lain… orang lain yang bodoh karena menaruh hati pada seseorang yang belum tentu bisa ku percaya.
Hasrat ingin memiliki kian membuncah semakin lama aku terlibat dengannya. Aku ingin menjaganya dari segala bahaya yang mengancam dan membuatnya selalu tersenyum bahagia hanya di depanku.
Lalu setelah kami berhasil melewati semua hal yang menguras tenaga dan hati, akhirnya aku membulatkan tekad untuk bersama dengan [Y/n].
Malam ini aku mengajaknya menginap di hotel berbintang lima untuk menyampaikan hal penting.
"[Y/n]..." Wanita yang tubuhnya sedang ku dekap dari belakang sedikit menoleh.
"Ada apa, Odasaku?"
Saliva kuteguk dengan susah payah. Aku selalu melakukan semua hal dengan tenang. Tapi sekarang? Ketenangan seperti sedang mengejekku.
Melihatku tidak kunjung bicara, wanita itu akhirnya berbalik menghadap ku. "Odasaku ingin mengatakan sesuatu yang penting ya?"
'Dia sudah berhasil membacaku... Bahkan aku tidak perlu mengatakan apapun untuk membuatnya mengerti.'
"Aku tidak pandai bermain kata-kata seperti Dazai. Aku juga tidak pandai berekspresi seperti Chuuya. Mungkin kedepannya akan semakin menyulitkan untukmu. Tapi, aku---"
Kalimat itu tidak dapat ku selesaikan. Karena wanita itu mencium bibirku. Hanya kecupan singkat, sangat berbeda dengan lumatan penuh hasrat yang kami lakukan hampir setiap hari. Setelahnya, ia menatapku lurus-lurus sambil tersenyum dan berkata, "Odasaku tidak perlu menjadi seperti orang lain. Asalkan bersamamu, itu sudah cukup untukku."
"Asalkan bersamaku?"
"Iya."
"Meski kita tidak menikah?"
"Tidak masalah. Jadi simpananmu juga aku rela."
"Bagaimana kalau kau menjadi istriku saja?" Tanyaku.
"Ah----" [Y/n] kehilangan kata-kata. Perlahan wajahnya mulai terlihat seperti tomat yang matang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mafia Boss's Favorite Toy [Oda Sakunosuke × Reader] ✔
Fanfiction[COMPLETED] Berawal dari saran seorang sahabat, Oda Sakunosuke - Bos Port Mafia akhirnya setuju untuk memiliki kekasih kontrak. Sosok wanita yang bisa dimainkan dan dibuang kapan saja. Orang itu memberikan upah milyaran per bulan bagi siapa saja yan...