Seorang pemuda tengah terbaring lemah di brangkar rumah sakit, tubuhnya dipenuhi dengan alat medis. Sudah sekitar 2 Minggu lebih dia terbaring tak sadarkan diri.Ditemani suara jam yang berdentang di ruangan yang sunyi, seorang pemuda lainnya hanya menatap datar pemuda yang terbaring itu sebenarnya dia sangat malas untuk menemani pemuda itu yang sial nya adalah adiknya. Tapi dia tidak sejahat itu untuk meninggalkan adiknya seorang diri walaupun dia sangat tidak menyukai adiknya itu.
Helaan nafas terdengar beberapa kali, seharusnya saat ini dia berada disekolah tapi karena tadi adiknya mengalami kejang mau tak mau ia harus menemaninya di rumah sakit dan bolos sekolah, tidak ada yang mau menemani adik nya dirumah sakit selain dirinya bahkan adiknya yang lain pun enggan mereka malah menginginkan adiknya tidak selamat.
"Lo kapan bangunnya sih...? Bosen tahu gak, berasa ngomong sendiri terus gue."
"Lo jadi adek bengal banget lagi, dibilangin jangan ikutan balapan, eehh malah tetep ikutan gini kan jadinya, berasa punya nyawa berapa Lo."
Erga dia memang berbeda dari saudara nya yang lain disaat semua anggota keluarganya tidak mengunjunginya di rumah sakit dan membenci keberadaan adiknya bahkan saudara yang lainnya pun sama, sebenarnya dia juga benci tapi tidak sebenci yang lain dia masih memiliki rasa kasihan, dan sebagai anak pertama dulu mamah nya pernah berpesan untuk menjaga adiknya itu baik-baik.
Tapi dia tidak berani mendekati adiknya, karena adiknya beringas dan susah diatur, suka membully, tawuran, bolos sekolah, dan satu lagi dia selalu menindas adik bungsu nya. Karena itulah semua anggota keluarga membenci nya, sebenarnya bukan hanya itu saja dia juga kehilangan ibu karena adiknya itu.
" Sebenarnya gue sayang sama Lo rak, dan gue juga berusaha berdamai dengan takdir dan juga keadaan, tapi sulit bagi gue untuk maafin Lo."
" Lo tahu....? Sikap Lo yang bikin kita semua benci, bukan hanya karena mamah meninggal karena Lo, tapi kelakuan Lo yang sering bully adek. Hal itu yang buat gue semakin gak suka sama sikap Lo---"
Tiba-tiba tubuh pemuda yang terbaring itu bereaksi tubuh nya mengalami kejang-kejang.
Erga membulatkan matanya, dia berusaha untuk tidak panik, tapi tetap saja dia sangat panik saat ini. "Dek... Hey Lo kenapa? Jangan buat gue khawatir, hey bangun dek"
"Dokter!"
"Dokter!"
"Woyy dokter tolongin adek saya!" Sangking paniknya dia berlari keluar ruangan dan lupa bahwa disana ada tombol yang bisa ditekan untuk memanggil dokter.
Dokter datang dengan cepat, dia memeriksa tubuh adiknya beberapa saat kemudian adiknya itu berhenti kejang dan keadaannya kembali normal.
"A-adek saya kenapa, dok?"
Adek yaa? Entah sadar atau tidak dari tadi Erga berani memanggil dia adek, biasanya Erga malas memanggil dan mengaku dia adiknya.
"Syukurlah keadaan pasien kembali normal, dan yang lebih baiknya ialah pasien sudah melewati masa kritisnya, mungkin sebentar lagi pasien akan sadar dan mas nya jagain pasien dengan baik yaa. Biasanya setelah bangun dari koma pasien mungkin akan kehilangan ingatannya dilihat dari benturan yang sangat kuat di kepala pasien."
"Baik, dok."
"Okee, kalo begitu saya permisi."
Setelah dokter tadi keluar dari ruangan, Erga terdiam beberapa saat dan memandangi wajah pucat Raka, iyaa Raka Arviendra.
"Gue bingung sama sikap gue. Disatu sisi gue benci sama Lo, tapi disisi lain gue juga sayang---"
Erga mengelus pelan rambut Raka."cepet sadar, gue ketoilet dulu dan jangan kejang lagi awas, hobi banget kejang-kejangan. Cosplay cacing Lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Raka Andreafa
Teen Fiction"Mau dikehidupan dulu ataupun sekarang gue sama-sama di acuhkan dan diabaikan, lantas untuk apa gue pake pindah raga segala kalo emang takdir gue gak berubah sama sekali?" Raka Andreafa namanya cowo berumur 16 tahun yang selalu merasakan ketidakadil...