Kernyitan di dahi Raka begitu tercetak jelas kentara serta rintihan serak membuat gadis kecil kisaran umur 7 tahun disampingnya membulatkan mata.Kaila, gadis itu langsung mengambil segelas air dan diberikan kepada Raka yang baru saja terbangun dari pingsanya.
Raka meneguk segelas air itu hingga tandas, dengan tangan yang masih menggenggam gelas. Pikirannya langsung melayang saat kejadian naas semalam apakah kejadian semalam itu nyata? Hal mengerikan yang mungkin Raka pertama kali merasakannya.
Pandangan matanya kosong dengan jidat yang masih tertempel cool fever. "Gue gak sanggup. Gak sanggup buat hidup, hilang harga diri gue." Memejamkan mata lelah dengan semua yang terjadi.
Kaila gadis kecil itu hanya diam memandang Raka penuh prihatin. Dia dengan perlahan mengambil gelas yang dipegang Raka. "Kak? Kakak gak papa?" Tanya Kaila memastikan apakah Raka kembali pingsan atau tidak karena tidak ada pergerakan sama sekali.
Raka membuka matanya dan baru tersadar jika ada seseorang disampingnya dari tadi. "Ehh, maaf. Kamu--- siapa?" Tanya Raka dirinya pun baru tersadar jika dia berada dikamar seseorang.
Entahlah Raka merasa bingung bukannya semalam dirinya akan di--ahh, sudahlah mengingatnya dia merasa tidak punya harga diri dan pecundang karena tidak berani melawan. Dia memandang sekitar merasa familliar dengan suasana kamarnya. Raka merasa dulu dia pernah kesini.
"Aku Kaila. Kak, Kak Raka lupa sama Kail?" Tanya Kaila memandang Raka penuh harap.
"Kaila?"
Raka mencoba untuk mengingat nama itu, mungkin saja ada sepenggal ingatan Arvie yang memang dia lupakan.
Tapi seberapa pun usaha Raka dia tetap tidak menemukan nama Kaila dalam ingatannya semakin dia mencoba mengingat malah semakin membuat kepala nya terasa sakit.
"Arrghh." Raka memegang kepalanya dan meringis pelan.
Mata bulat Kaila memancarkan kekhawatiran. "Kak Raka gak usah dipaksain gak papa, Kak nanti kepala Kakak nambah sakit. Bentar yaa aku panggilin dulu Abang aku." Kaila menaruh gelas yang tadi dipegang Raka.
"Kakak gak papa ditinggal sendirian?" tanya Kaila, dirinya masih khawatir karena melihat keadan Raka yang memang harus dijaga jika sewaktu-waktu pingsan kembali, semalam Raka juga sempat terbangun dari pingsan nya tapi kembali lagi pingsan karena demam yang tinggi.
Raka hanya tersenyum tipis menanggapi Kaila, tapi jujur kepala nya masih terasa sakit mungkin karena pukulan semalam yang diberikan para preman itu kepadanya.
Setelah Kaila keluar, baru lah Raka terdiam dengan segala pertanyaan dibenaknya. "Ini gue ada dimana sih?dilihat-lihat kamarnya gak asing, Gue kayak pernah kesini tapi kapan yaa? Tapi syukurlah seengaknya gue selamat dari preman bajing*n itu."
Raka menunduk melihat baju nya sendiri dan tercenung, dirinya merasa pernah melihat baju ini. "Baju yang gue pake kelihatan gak asing, gue pernah ngelihat baju ini tapi kapan?"
"Arrghh, bingung malah tambah sakit kepala gue." Raka kembali memegang kepalanya sepertinya kepalanya itu terkena pukulan yang lumayan keras apalagi Raka sedang masa penyembuhan.
"Gak tahu lagi gue cara nerusin hidup lo Vie, Gue cape. Sumpah gue cape."
Perasaan Raka campur aduk antara senang dan sedih, senang karena dirinya selamat dari para preman itu. Dan sedih sekarang dia tidak memiliki tujuan dan arah hidup. Bahkan sekarang ini dia tidak tahu siapakah yang menyelamatkan dan menampung dirinya, tidak mungkin kan gadis kecil tadi yang menyelamatkan dirinya.
Dirinya ingat betul ada bayangan seseorang saat menyelamatkannya, tapi tidak mengetahui itu siapa karena pandanganya langsung menggelap.
Raka menelungkupkan kepala nya diatas lutut sembari memegang kepala yang memang masih terasa sakit. "Bunda, Raka pengen pulang Raka pengen ketemu Bunda. Maaf, Bun, Raka nakal yaa sampe Raka susah banget buat ketemu bunda." Raka menarik nafas perlahan dengan rasa sesak yang mendekam dan rasa rindu terhadap keluarga nya apalagi terhadap bunda nya yang tak bisa dijabarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Raka Andreafa
Teen Fiction"Mau dikehidupan dulu ataupun sekarang gue sama-sama di acuhkan dan diabaikan, lantas untuk apa gue pake pindah raga segala kalo emang takdir gue gak berubah sama sekali?" Raka Andreafa namanya cowo berumur 16 tahun yang selalu merasakan ketidakadil...