19. Kabur

9.8K 1K 229
                                    


Raka meraih tangan seseorang, tapi dia malah menghempaskan tangan Raka dengan kasar. "Lo kenapa? Gue ada salah sama lo?" Tanya Raka sendu

Itulah pertanyaan yang Raka layangkan, sejak kemarin adik nya ini selalu menghindarinya Raka pun tidak tahu alasannya apa. Kemarin Raka baru saja pulang dari rumah sakit dengan wajah riang dia memeluk erat Alkan namun yang paling mengejutkan Alkan menolak pelukannya begitu saja.

Raka sudah melakukan berbagai cara untuk dapat berbicara dengan sang adik, tapi respon Alkan tetap begitu Alkan selalu melihat Raka dengan pandangan tajam dan tak berbicara padanya satu patah kata pun, dan itu membuat Raka gila. Sungguh! Di mansion ini hanya Alkan lah yang benar-benar peduli padanya. Raka takut adiknya ini membencinya.

"Lo kenapa? Gue bikin salah yaa, terus kenapa kemarin gak jenguk gue?" Raka bertanya dengan pertanyaan yang sama dia berbicara dengan nada bergetar.

Alkan menatap Raka bibir nya menyunging sinis. "Seberharga itukah lo sampe harus gue jenguk? sorry waktu gue lebih berharga dibanding jenguk lo yang sedikit-sedikit masuk rumah sakit. Lo tahu?" Alkan mendekatkan bibirnya pada telinga Raka. "Lo itu nyusahin! Pantes ayah benci sama lo."

Setelah mengucapkan kalimat menyakitkan itu lantas Alkan pergi meninggalkan Raka yang mematung ditempat, perlahan cairan bening meluncur dari pelupuk mata Raka.

Raka meremat tangannya sendiri, kenapa Alkan seperti ini? Apakah dia melakukan kesalahan tanpa disadarinya? ucapan Alkan begitu menyakitkan ditelinga Raka walaupun dia sudah mendengarkan cacian dan makian yang lebih menyakitkan dari sang ayah dan kakaknya, tetap saja ucapan Alkan begitu membekas. Karena Alkan tak pernah berucap seperti itu walaupun dulu Arvie mem bully nya kejam.

Raka memegang dadanya sendiri entah kenapa akhir-akhir ini dia sering sesak. "Kenapa Lo gitu sama gue dek? cuman Lo yang buat gue bertahan di mansion ini, cuman lo---" Raka mengusap kasar air matanya.

"Hahaha, gue cengeng banget."

Raka pergi kekamarnya dan mengunci pintu. Dia meluruh dilantai saat itu juga. "bundaa Raka kangen bunda, kenapa bunda---kenapa disaat bunda sayang Raka tapi kenapa takdir terus mainin Raka kenapa Raka harus balik sama tubuh Arvie......" Suara isakan lara yang sejak kemarin Raka pendam kini dia keluarkan air mata yang tadi hanya tetesan kini berlomba lomba membasahi pipi mulusnya.

"Raka cape bunda, Raka harus gimana? Alkan sekarang udah gak peduli lagi padahal yang buat Raka bertahan disini itu Alkan Bun." Raka menekungkupkan kedua kakinya dilutut.

"Gue cape, cape nangisin takdir sial*n. Gue harus gimana hadapin keluarga lo Vie? Kenapa disaat kedua Abang Lo sedikit peduli tapi masalah yang lain malah muncul, padahal gue gak lakuin apapun sama Alkan."

Suara samar Raka teredam isakan, tubuh nya masih belum benar-benar pulih bahkan kemarin saja dia pingsan saat setelah Alkan menghempaskan dan mengabaikanya. Raga dan Erga tentu panik Raga langsung dengan sigap menggendong Raka ke kamar Raga, tetapi hal itu yang membuat Sagara sedikit murka, ingatkan bahwa Sagara membenci fasilitas mansion dipakai oleh Raka. Walaupun Sagara sedikit melunak terhadap Raka, tapi tetap saja dia tidak bisa ikhlas pada barang nya atau bahkan barang anak-anaknya dipakai oleh Raka.

Dan jadilah Raka ditempatkan kembali di kamarnya yang kecil, sempit dan juga pengap. Raka sebenarnya saat kecil memiliki kamar nya sendiri dengan fasilitas yang sama mewah dengan saudaranya yang lain hanya saja itu tidak berselang lama saat dirinya dituduh membunuh sang mamah Sagara langsung mengunci kamar tersebut dan tak ada yang membukanya hingga kini. Entah sudah berapa lama tahun lamanya kamar Raka saat kecil itu tak dibersihkan.

Hingga Raka membenahkan dirinya di gudang kecil di ruangan ujung yang jauh dari kamar seluruh saudaranya maupun Sagara, dengan tangan kecil nya dulu Raka merombak gudang kecil itu menjadi sebuah kamar walaupun dengan kasur dan lemari yang bekas dan seadanya. Hingga kini Raka menempati kamar itu.

Transmigrasi                                                  Raka AndreafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang