4. Tsundere

12.2K 851 33
                                    


Bodygard yang bernama Aji itu mengantarkan Raka ke depan pintu kamarnya.

"Tuan muda, ini kamar tuan muda. dan tuan muda kalo butuh apa-apa bisa langsung panggil saya saja."

"Iyaa makasih om Aji."

Aji pergi dari sana dia akan kembali bertugas, tapi Raka menghentikan langkahnya.

"Tunggu om, ayah kemana ya? Terus Abang Erga juga kok gak ada dirumah?" Tanya Raka dia bingung kenapa rumah tampak sepi, hanya ada kembarannya dibawah beserta teman-temanya.

"Oh itu, tuan muda besar sedang berada dikantor paling nanti malam pulang. Kalo tuan Erga dia masih disekolah, dan tuan Alkan dia sedang ada les." Jelas Aji. "Ada lagi tuan Raka ?"

"Enggak om."

"Kalo gitu saya permisi." Pamit Aji.

Raka membuka pintu kamarnya dia sempat mematung melihat kondisi kamarnya yang jauh dari kata layak dan sempurna. Mungkin ini lebih mirip dengan gudang, bahkan gudang dirumahnya yang dulu lebih layak dibanding ini.

Dia masuk ke kamar, menatap kekacauan disekitarnya. Atap kamar yang sudah bolong, cat dinding yang sudah mengelupas, kasur yang tipis tanpa ranjang, dan kamar itu sangat sempit.

Raka menghela nafas berat. "Kayak nya kehidupan gue bakalan jauh lebih berat kali ini."

"Raka Arviendra, gue panggil Lo Arvie ya---lo hebat vie bisa hadepin semua penderitaan ini sendirian walaupun pada akhirnya Lo menyerah juga, dulu gue kurang bersyukur di kehidupan gue, seenggak nya dulu ayah sama bunda masih peduli sama gue dengan perhatiin kebutuhan gue."

Raka mendapatkan ingatan asli Raka Arviendra saat dirumah sakit, bahkan yang dia tahu Sagara tidak membiayai kebutuhan Arvie bahkan Arvie berjuang sendiri untuk dapat membayar biaya sekolahnya.

Pantas saja dia mengikuti balapan, Raka tahu Arvie balapan untuk mendapatkan uang karena dia tidak mendapatkan sepeserpun uang dari Sagara, tidak seperti saudara nya yang lain bahkan Raga meminta mobil yang sangat mahal dan keluaran terbaru dengan cepat Sagara membelikanya.

Berbeda dengan dirinya saat Raka Arviendra meminta laptop untuk keperluan sekolah, Sagara marah besar dia memukul Arvie habis-habisan karena telah lancang meminta sesuatu padanya, disaat itulah Raka Arviendra tidak berani lagi untuk meminta sesuatu pada Sagara.

Lebih baik dia berjuang sendiri untuk mendapatkan sesuatu yang dia mau, dengan mengikuti balapan, sampai dia memiliki motor sendiri dan dapat membayar biaya sekolahnya.

"Gak papa Rak, Lo harus semangat. Kan Arvie bilang kalo gue berhasil bikin bokap sama saudaranya sadar dan menyayangi Arvie, terus ungkap kasus pembunuhan mamahnya. Gue bakalan bisa balik lagi ketubuh gue."

"Kalo mau bikin simpati Ayah sama saudaranya sama gue, berarti gue harus baik-baikin mereka ya---?? Tapi enggak ah, gimana kalo nanti mereka dibaikin, ehh malah ngelunjak kan gue yang repot." Raka bingung memikirkannya.

Dia menghela nafas dilihatnya kamar ini sangat suram seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan, dia ingin mencari buku dan pulpen untuk membuat rencananya.

Raka membuka laci buku, dia mengambil satu buku dan pulpen tapi ada sesuatu yang menarik perhatiannya.

Dia mengambil obat-obatan dilaci itu."Arvie se frustrasinya Elo, sampai Lo selalu ngonsumsi obat tidur. Gue gak tahu vie, apakah gue bakalan sekuat Lo buat hadapin mereka."

"Maafin gue vie, kalo seandainya gue gak tahan. Dan mutusin pulang tanpa dijemput tuhan, gak papa. Kan ?"

"Gak papa sih, tapi nanti Lo langsung ke neraka. Mau Lo ?"

Transmigrasi                                                  Raka AndreafaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang