07; Kelana

1.3K 123 3
                                        

Happy reading <3

Gracia's POV

Everything went well, setidaknya untuk sekarang. Aku sudah menetap di Jepang selama 4 tahun, dan selama itu juga aku telah hidup menjadi sosok Grace Patricia.

Kehidupanku menjadi lebih bahagia. Seseorang yang baik datang menolongku dan membawa diriku kembali ke dunia.

Dering ponselku yang bergetar berkali-kali membuatku tersenyum di tengah hiruk-pikuk studio foto ini.

Sudah setahun sejak aku berpacaran dengan perempuan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah setahun sejak aku berpacaran dengan perempuan ini. Dulu, aku pikir dia tidak akan pernah menggantikan sosok Shani dalam hidupku, tetapi aku salah. Meski Shani masih memiliki tempat spesial di hatiku, aku benar-benar bersyukur karena kekasihku tidak pernah menyerah untuk mendekatiku. Segala penolakan yang pernah ku berikan tidak membuat dirinya menyerah.

Kekasihku itu baik. Kami sangat berbeda, tetapi dia selalu bilang bahwa tidak apa-apa untuk berbeda. Aku setuju. Jika dia adalah orang yang mudah menyerah, maka kami tidak akan pernah terjalin. Dia berhasil mendobrak dinding yang kutinggikan selama bertahun-tahun.

Namun, tentang Shani, sudah satu minggu sejak aku kembali melihatnya, meski hanya melalui saluran televisi. Setiap kali wajahnya muncul, hatiku terasa bergetar. Entah mengapa, aku merasa sedih. Bagaimanapun juga, Shani pernah menjadi duniaku... atau bahkan dia masih duniaku?

Gracia's POV end.

×××××

Shani's POV

"Chik, can you stop following me? Aku di Jepang lama tuh buat liburan!! Kenapa sih kamu selalu ikut?"

"Tapi cici udah ga ada kegiatan di sini, kenapa masih mau di Jepang sih? Udah satu minggu lho."

Aku menghela nafasku. Gracia memang menyebalkan, tetapi kembarannya, Chika, lebih menyebalkan lagi.

"Stop!! Let me enjoy my life. Kalau kamu mau pulang ke Indonesia silahkan. Kamu juga ada syuting kan? Yaudah sana." Chika menggerutu, namun aku tetap pada pendirianku.

Mengenai Chika, dia memang menjadi artis, sama sepertiku. Awalnya, aku pikir dia memang bercita-cita menjadi artis, tetapi setelah sekian lama bersamanya, aku sadar bahwa dia mengikuti segala hal yang aku lakukan. Risih? Mungkin. Chika itu berisik, dan aku tidak sanggup mendengar ocehannya.

"Oke, fine. Aku harus balik ke Indonesia karena syuting drama aku mau dimulai, but promise me something, can you?"

"What?"

"Please take care of yourself, Ci. Jangan lupa untuk kembali ke Indonesia ya?" Ucapan Chika membuatku tertegun. Satu hal yang membuatku membiarkan dia tetap mengikutiku adalah ini. Aku tahu Chika sangat tulus.

Tujuh belas; Greshan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang