Happy reading <3
Gracia's POV
Jika kalian berpikir bahwa aku sudah menjadi seorang CEO dengan perusahaan 50 lantai, kalian salah besar.
Aku tetap menjadi Grace Patricia yang bekerja sebagai fotografer. Karena aku sangat nyaman bekerja di bidang ini. Meski istriku sering kali marah karena aku harus memotret model-model seksi, hal yang berbeda adalah sekarang aku memiliki studio foto milikku sendiri.
Hari ini, Istriku sedang bekerja, dan sudah sekitar dua minggu kami tidak bertemu. Pekerjaannya benar-benar menyita waktunya, tapi aku akan membiarkan dia dengan dunianya.
"Sayang... Lepasin ih, mataku nanti sakit. Gak usah sok-sokan mau bikin aku kaget." ucapku, mengenali bau parfum Shani yang familiar. Iya, Shani. Shani Indira. Kekasih, istri, dan duniaku.
"Hehe, ketauan." cengir Shani.
"Kamu kok udah pulang? Bukannya masih syuting ya? Harusnya 1 minggu lagi, gak sih?"
"Ih, kok kamu gak senang??! Kamu selingkuh ya sama model-model cantik itu?" Tanyanya dengan nada menggoda. Aku terkekeh, menariknya untuk duduk di pangkuanku.
"Ya ampun, Cici Caninya Gege cemburu ya? Hahaha lucu banget. Gak gitu maksud Gege, tapi kan Gege mau jemput Cici."
"Iya emang, makanya kamu jaga hati!! Awas ya kamu sampai selingkuh. Aku cubit kamu," ucap Shani dengan bibirnya yang semakin cemberut. Melihat ekspresi lucunya itu, aku tidak tahan dan segera mempertemukan bibir kami.
"Nghh, Gee..."
"Hahahaha, maaf Ci!! Aku kebablasan. Kehabisan nafas ya?"
"Pakai nanya!!!" Shani memelukku, kepalanya bersandar di ceruk leherku. Sensasi nafasnya membuatku kegelian.
"Aku juga kangen sama istriku yang sangat sempurna ini. Syuting kamu gimana? Udah selesai semua?"
"Udah kok, sengaja aku bilang waktu syutingnya 3 minggu. Biar kasih kamu surprise. Tinggal editing dan promosi filmnya. Nanti kamu ikut ya bareng aku semasa promosi film."
"Iya, Cici. Cici masih cape? Perjalanan pasti jauh. Mau pulang aja ngga? Kerjaan aku udah selesai."
"Aku males jalan, gendong ya...?" pinta Shani, senyum nakal mengembang di wajahnya.
"Oke. Berdiri dulu ya? Biar kamu bisa naik ke pundak aku." Shani menuruti ucapanku, dan tak lama kemudian dia sudah berada di pundakku.
Aku berjalan menuju parkiran, meninggalkan studio foto milikku.
"Kamu jadi ingat gak sih Ge? Aku tuh malah flashback jaman dulu. Kamu yang sokap ngajak aku ke danau, sok-sokan gendong aku sampai sana. Udah tahu pendek." kenang Shani.
"Hahahaha!! Of course aku ingat, tapi hei wahai Shani Indira, aku emang pendek tapi aku jauh lebih kuat dari kamu."
"Ih, kamu emang masih nyebelin."
"Nyebelin gini tapi kamu tetap nangis-nangis waktu aku balik sama kamu."
"Ya tentu aja aku nangis. Siapa sih yang gak sedih waktu papa bilang kamu mau sama Fiony?"
"Kamunya aja yang salah paham." Shani mencubit diriku, beruntung aku sudah sampai di depan mobilku. Dengan hati-hati, aku membuka pintu bangku penumpang dan mendudukkan Shani dengan lembut sebelum beranjak ke kursi kemudi.
"Kocak ya!! Kamu dulu sensi banget sama Fiony, sekarang harus tinggal bareng sama dia hahahahaha!!!"
Aku menyalakan mobil sembari menjawab ucapannya. Perjalanan menuju rumah pun dimulai.