12; Epilog

2.6K 151 16
                                        

Happy reading<3

Shani's POV

“Ge, kamu bisa tenang gak sih? Kan aku yang mau diwawancara, bukan kamu.”

“Tapi, babe, ini kan pertama kalinya kamu muncul lagi setelah dua tahun hiatus.”

“Siapa coba yang bikin aku hiatus?” Aku menyipitkan mata, menahan senyum sambil meliriknya.

Gracia terdiam. Senyumnya perlahan menghilang, tergantikan wajah ragu-ragu, seolah-olah dia baru menyadari kesalahannya. Akhir-akhir ini, Gracia memang lebih sensitif. Padahal baru dua hari lalu dia ulang tahun ke-24, tapi sifat kekanakannya kadang masih muncul.

"Ya ampun," aku menghela napas sambil tersenyum tipis. "Yang kaya gini beneran mau jadi mama anakku?" godaku, meliriknya dengan tatapan lembut. Dia mencibir kecil, wajahnya berkerut, tapi kutahu dia sebenarnya senang.

Ya, aku sedang mengandung anak kami. Berkat teknologi masa kini, keinginan aku dan Gracia untuk memiliki buah hati bisa terwujud, meskipun kami sejenis. Sejak awal menikah, kami memang sudah sepakat ingin membangun keluarga kecil kami sendiri.

Pernikahan kami berlangsung ketika dia berusia 22 dan aku 23. Hampir dua tahun menanti, program yang kami jalani akhirnya membuahkan hasil. Namun, semua ini juga membuat Gracia yang posesif menjadi semakin protektif, apalagi sekarang aku tetap harus menjalani promosi film—syutingnya memang sudah selesai sejak April lalu, tapi ada tanggung jawab yang tak bisa kuabaikan.

Untuk itu, Gracia bahkan mengambil cuti dari pekerjaannya sebagai fotografer dan mempercayakan studionya pada orang kepercayaannya. Sekarang, dia ikut bersamaku sebagai manajer pribadi—meskipun kadang lebih mirip bodyguard daripada manajer.

Pagi ini, aku akan tampil di acara Pagi-pagi Tapi Gosip, salah satu program dengan rating tertinggi. Di sinilah, di hadapan jutaan penonton, aku akan memperkenalkan Gracia pada dunia, sebagai satu-satunya orang yang mengisi hatiku.

×××××

“Boleh saya mulai wawancara ini?” tanya host acara yang cukup terkenal, membuka percakapan dengan senyum profesional.

“Tentu, Kak.”

“Baiklah. Kembali lagi di Pagi-Pagi Tapi Gosip. Kali ini kita kedatangan tamu yang katanya sih sempurna. Yuk, kita sambut Shani Indira!”

Aku tersenyum ke arah kamera, menatap langsung ke mata para fans yang sudah lama menungguku kembali. Sorakan mereka memenuhi studio saat senyumku mengembang, membangkitkan kehangatan yang tak tergambarkan di dada. Tapi ada kekhawatiran mengintip di baliknya: apakah mereka masih akan mendukungku setelah semua yang akan kuungkapkan nanti?

“Halo, semua! Aku Shani Indira. Sudah lama ya, kita nggak ketemu?” ucapku, berusaha setenang mungkin. Sorakan fans semakin kencang, menambah semangat sekaligus memperkuat tekadku.

“Baik, Shani,” lanjut host. “Aku mau tanya dulu, gimana kabarnya?”

“Aku baik, Kak.” jawabku sambil tersenyum tipis.

“Alhamdulillah ya. Kalau boleh tahu nih, dua tahun menghilang, Shani tuh ngapain aja?”

Aku terdiam sejenak, bibirku tersenyum, tapi pikiranku berdebat. Apa ini saat yang tepat untuk memberitahu mereka tentang Gracia?

“Aku? Hmm… Aku sih sibuk mencari jati diri dan kebahagiaan, Kak. Tapi bukan berarti selama jadi entertainer aku nggak bahagia ya.” jawabku akhirnya, sedikit berhati-hati.

“Menarik ya, Shan. Jadi, sekarang kamu udah nemu dong bahagia itu?”

“Mungkin.” Aku terdiam, bukan merasa ragu, aku hanya ingin mereka semua tahu dari awal, tanpa rasa ragu lagi.

Tujuh belas; Greshan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang