HALO, SENG-SENG KU 💚
SEPERTI BIASA, SEBELUM BACA ABSEN DULU DONG. KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA.
HAPPY READING! 💐
***
"Kenapa manusia diciptain punya malu? Ya karena setiap manusia punya kemaluan. HAHA."
"Kenapa merem? Berharap gue cium, ya? Orang gue cuma mau ngambil ini." bisik Dewangga pelan tepat di samping telinga Naisya. Padahal, dari lubuk hati Dewangga yang paling dalam, ia ingin sekali menerkam Naisya saat itu juga, tapi tidak mungkin. Entah mengapa Dewangga merasa jika kecantikan Naisya akan menjadi plus-plus ketika diperhatikan dari dekat.
Dewangga meraih jaket yang ada di tangan Naisya kemudian segera menjauhkan wajahnya. Naisya membuka matanya ketika Dewangga sudah menjauhkan wajah darinya.
"Makasih, kak." ucap Naisya sebelum ia melangkah pergi meninggalkan Dewangga. Namun, langkahnya berhenti ketika ia merasakan tangannya dicekal oleh tangan kekar milik Dewangga.
Naisya mengangkat kedua alisnya bingung. "Ini kenapa ada coklat?" tanya Dewangga, ia mengeluarkan coklat yang ada di saku jaketnya.
"Oh, itu buat kakak." terang Naisya takut-takut ketika melihat ekspresi Dewangga.
"Sebagai?"
"Y-ya sebagai tanda terimakasih aku soalnya udah kakak pinjemin jaket kemarin." jawab Naisya semakin gugup tatkala Dewangga tak kunjung melepaskan tangannya.
"Gue nggak suka coklat." ketus Dewangga. Namun, ucapannya itu memang benar. Dewangga tidak suka coklat.
"Kalo nggak suka nggak papa, kak. Kakak bisa kasih kesiapapun."
"Sebenarnya lo niat ngasih ini ke gue nggak, hm?" mata Naisya kembali melotot begitu Dewangga kembali mendekatkan wajahnya.
Sampai ingin menjawab dengan kata-kata pun Naisya rasa tidak sanggup. Ia hanya bisa mengangguk-angguk dengan gugup.
"Maaf, kak. Aku duluan." Naisya melepas cekalan Dewangga secara perhalan. Kemudian Naisya membalikkan badannya untuk segera pergi dari tempat yang bisa-bisa membuatnya semakin gila itu.
Namun, lagi-lagi suara Dewangga membuat Naisya menghentikan langkahnya, itu membuat Naisya menghembuskan nafasnya gusar. "Lain kali, kalo nggak tau apa kesukaan gue, nanya dulu. Tapi tenang, meskipun gue nggak doyan coklat, bakal gue doyan-doyanin."
Naisya membalikkan badan, mendapati Dewangga yang membuka coklat itu kemudian melahapnya. Sontak aksi Dewangga itu membuat Naisya tersenyum manis yang itu membuat Dewangga semakin lemah untuk melawan rasa yang menurutnya itu tidak mungkin. Setelah itu Naisya pergi meninggalkan tempat itu.
"Gue nggak doyan coklat, tapi kenapa kalo lo yang ngasih, gue jadi doyan? Aneh. Dasar tukang pelet. Bodo amat lah, mau ini pelet atau bukan, gue udah nggak perduli." Dewangga menggerutu kemudian pergi dari situ.
Dewangga memasukki kelas dengan menenteng jaket. Disambut dengan sorakan heboh teman-temannya. Namun, Dewangga enggan menanggapi, ia langsung duduk di bangkunya tanpa menanggapi pertanyaan-pertanyaan temannya.
"Kenapa jaket lo ada di Naisya?" tanya Bryan. Dewangga malah sibuk memasukkan jaket itu ke dalam tas.
"Kalian romantis banget, sih. Baru juga ketemu kemarin." ucap Haikal dengan ekspresi gemas yang dibuat-buat.
"Nggak usah aneh-aneh, ya. Gue kemarin cuma nggak sengaja ketemu dia aja pulang sekolah."
"Masa?" goda Adriel yang membuat Dewangga semakin malas untuk menanggapi. Ia lebih memilih untuk tidur karena semalaman ia tidak tidur memikirkan Naisya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untukmu, Dewangga
Teen Fiction"Nai, perpisahan itu pasti ada, tapi kali ini aku mau egois. Kamu tau, selama aku hidup, udah berapa orang yang aku sayang pergi ninggalin aku. Aku nggak mau kamu jadi salah satunya." "Kak, menurut aku, di dunia ini nggak ada yang abadi. Semua sifa...