ASSALAMUALAIKUM, TEMEN-TEMEN!!! 💚💚
MAAF YAA UPDATE-NYA LAMA. SEBELUMNYA, MINAL AIDZIN WALFAIDZIN, MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN, SEMUA 🙏🙏
SEBELUM BACA PART INI, BOLEH BANGET ABSEN DULU.
Happy Reading! 💐💐
***
"Nggak usah mikir kalo lo ngerepotin. Gue orangnya nggak suka direpotin. Jadi, apapun yang gue lakuin buat lo itu menurut gue nggak repot."
"Ndhis, mulih bareng aku." (Ndhis, pulang bareng aku) ajak Haikal begitu ia melihat Gendhis yang tengah berdiri di depan gerbang sekolah. Jaket yang tadinya ia tenteng, kini ia balutkan pada tubuh mungil gadis yang nampak tak senang dengan kedatangannya itu.
"Rausah nggolek rai." (Nggak usah cari muka) ketus Gendhis dengan menatap sinis mata Haikal.
"Lha napo rai kok tak goleki. Aku ndue rai koyok ngene ae wis bersyukur, nggunteng e ra nek sng nandingi." (Kenapa muka kok dicari. Aku punya muka kayak gini aja udah bersyukur. Ganteng nggak ada yang nandingin) Gendhis yang mendengarnya seketika ingin muntah.
Merasa tidak ditanggapi oleh Gendhis, Haikal sengaja mencekal pergelangan Gendhis agar ingin pulang bareng dia. Namun, dengan cepet Gendhis langsung menepis kasar hingga tangannya terlepas dari cekalan Haikal.
Gendhis melepas jaket yang membalut pada dirinya, kemudian ia kembalikan jaket itu pada Haikal. "Jeketmu mambu balsem." ujarnya sebelum akhirnya melenggang pergi meninggalkan Haikal yang kini tengah mencium jaketnya sendiri.
"Cok, ngisini. Lali aku lak iki ndeingi tak gawe pas bar kerokan." gumamnya pada diri sendiri. Niatnya untuk segera pulang ia urungkan ketika melihat Naisya yang berdiri tak jauh dari tempatnya. Buru-buru Haikal menghampiri.
"Nai," panggilnya.
"Lo nunggu siapa?" Haikal ini memang orang Jawa. Namun, ia juga bisa menyesuaikan. Ketika berbicara logat anak Jaksel, medoknya bisa hilang.
"Temennya kak Dewangga, ya?" tanya Naisya yang hanya ditanggapi dengan senyuman dan anggukan kepala oleh Haikal.
"Lagi nunggu jemputan, kak."
"Oh. Mau bareng?" Naisya menggeleng pelan dengan kedua sudut bibir yang terangkat.
"Makasih, kak, tawarannya." ucapnya setelah itu.
"Mau pulang bareng gue?" Naisya dan Haikal bersamaan menoleh ke sumber suara. Mendapati Jordan yang sudah menangkring dia atas motor sportnya.
"Siapa? Gue? Ogah!" jawab Haikal sembari menunjuk dirinya sendiri.
"Bukan lo, bego!"
"Tapi, lo Naisya. Mau pulang bareng gue? Ya, itung-itung sebagai tanda terima kasih karena lo pernah nolongin gue waktu itu."
"Nolongin?" Suara berat milik Dewangga mengalihkan pandangan semua yang berada di situ. Dewangga melangkah semakin mendekat dengan ekspresi wajah yang sulit ditebak.
"Jadi sebelumnya lo emang udah pernah ketemu Naisya?" Dewangga bertanya pada Jordan yang nampak bingung untuk menjawab pertanyaannya.
"Iya, ada dulu, nggak sengaja juga." jelas Jordan.
"Naisya, lo nggak akan pulang bareng Haikal maupun Jordan. Lo pulang bareng gue." kata Dewangga yang sepertinya mengundang ketidakterimaan bagi Jordan.
"Apa? Nggak trima?" sahut Dewangga ketika menemukan semburat amarah pada wajah Jordan.
"Yaudah, lo tinggal nanya aja Naisya mau apa nggak." Naisya terlihat ragu untuk memilih diantara mereka. Padahal, tidak ada satupun yang ingin ia pilih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untukmu, Dewangga
Jugendliteratur"Nai, perpisahan itu pasti ada, tapi kali ini aku mau egois. Kamu tau, selama aku hidup, udah berapa orang yang aku sayang pergi ninggalin aku. Aku nggak mau kamu jadi salah satunya." "Kak, menurut aku, di dunia ini nggak ada yang abadi. Semua sifa...