6. Malu Part 2

1K 39 6
                                    

ASSALAMUALAIKUM, TEMEN-TEMEN 💚

MAAF YA KALO UPDATE-NYA TELAT TERUS 🙏

SEPERTI BIASA, AKU NGGAK AKAN BOSEN UNTUK INGETIN KALIAN. JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN! 🙏💚

HAPPY READING! 💐💐

(。・//ε//・。)

"Untuk menuju kebahagiaan jalannya emang nggak selalu lurus. Tapi, nikmati aja lah, meski sambil pusing-pusing dikit."

Naisya menatap kosong langit kamarnya. Ketika sudut bibirnya tidak sengaja terangkat akibat mengingat kejadian bersama Dewangga tadi, membuat ia lantas meringis.

Ia memegangi sudut bibirnya yang sedikit sobek. Hingga akhirnya ia menyadari, jika malam ini tidak seburuk yang ia pikirkan sebelumnya.

"Lo maupun gue nggak perlu jauh-jauh buat nyari kebahagiaan itu."

"Mau nyari kebahagiaan sama gue?"

Ucapan itu selalu berputar bak kaset di kepalanya. Membuat ia lantas tersenyum meski harus menahan rasa nyeri pada sekujur tubuhnya. Tubuhnya yang penuh luka tidak membuat ia lantas meratapi. Mungkin, sudah terbiasa.

Ia bangkit dari tidurnya. Awalnya, Naisya memang merasa jika perlakuan Dewangga kemarin akan membuatnya  semakin terpuruk dalam kesedihan. Namun, kini ia sadar jika bersama Dewangga akan membuatnya jauh lebih tenang.

Naisya meringis, ketika ia sadar jika lututnya juga terluka. Dulu Naisya selalu berpikir, jika hidup manusia bukan hanya tentang kesedihan. Lantas, bagaimana dengan dirinya yang nyaris tak pernah merasa bahagia?

Dan sejak malam itu, Naisya mulai membangun tujuan yang membuat dirinya kembali menemukan semangat untuk hidup. Mencari kebahagiaan. Ya, kedengarannya tidak buruk. Kedengarannya pun gampang. Namun, Naisya akan tetap mencoba. Ia siap menikmati perjalanan yang tidak selalu lurus untuk mencari kebahagiaan itu. 

Ketika pagi hari sudah tiba. Naisya tak semestinya merasakan perasaan yang seperti ini. Dengan kondisi badannya yang sangat memprihatinkan, tidak membuat dia terus malas untuk berangkat sekolah.

Alih-alih mengistirahatkan badannya, Naisya justru sangat bersemangat untuk berangkat sekolah. Salah satu hal yang membuatnya merasa semangat sepertinya perasaannya yang tiba-tiba berubah sembilan puluh derajat dari kemarin malam.

Kedua sudut bibirnya tak berhenti terangkat. Dirinya sendiri juga merasa aneh, luka di sekujur tubuhnya menjadi tidak terasa sakit. Ini karena dia terlalu bersemangat atau karena sudah terbiasa? Naisya pun tidak tahu.

Saat itu, langkahnya terhenti ketika Dewangga muncul di depannya secara tiba-tiba. Naisya sedikit mendongak, menatap Dewangga dengan penuh tanda tanya. Sementara teman-teman Dewangga hanya tertawa kecil.

"Itu bibirnya kenapa?" tanya Dewangga dengan dingin.

"Aduh, lo gacor banget, sampe bibir Naisya bengkak gitu." celetuk Haikal yang dihadiahi Dewangga tatapan sinis. Semua teman Dewangga tertawa, kecuali Jordan.

Sontak itu membuat Naisya merasa tak nyaman. Tanpa memperdulikan itu, Naisya melenggang pergi sebelum teman Dewangga semakin membuatnya merasa semakin tidak nyaman.

"Sejak kapan lo perhatian gitu?" Bryan buka suara. Meskipun raut kekhawatiran dari wajah Dewangga sudah cukup menjelaskan jika cowok itu tengah khawatir dengan Naisya.

"Sejak kemarin." jawab Dewangga dengan dingin lalu melenggang pergi.

Dewangga melamun, dengan pikiran yang becabang kemana-mana. Luka di bibir Naisya tadi seperti bekas luka pukulan yang berakhir memar. Namun, jika benar pukulan, siapa yang berani lakukan itu pada Naisya?

Untukmu, DewanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang