Cerita Sebelumnya:
"Aku Freen, tapi bibi tidak perlu memberitahunya. Aku pasti akan datang lagi besok. "Freen menjawab meyakinkannya.
"Oh, Oke kalau begitu!" Dia menanggapi dengan tersenyum.
Freen membungkuk, mengucapkan terima kasih dan selamat tinggal. Dengan perasaan kecewa campur khawatir Freen memutuskan untuk kembali lagi besok.
Tanpa Freen sadari, ternyata hatinya telah terpikat oleh gadis itu.
.
.
.
Hari ini Freen mengusir para wanita yang muncul di depan pintu rumahnya. Pikirannya hanya dipenuhi dengan Rebecca. 'Apa penyakit yang dia derita sih? Serangan, Bibi kemarin mengatakan dia mengalami serangan.'
Apa penyakit jantung mungkin? Karena nama rumah sakit itu Jantung Hati, mungkin saja. Tapi kenapa dia tinggal di rumah sakit kecil jika dia punya masalah jantung?.
Aku ingat nama staf ketika aku pertama kali di sana dan hanya ada satu Respsionis yang bertanggung jawab. Kenapa dia tidak tinggal di rumah sakit yang lebih besar jika dia punya penyakit serius? dan Dia masih sangat muda.
Freen memeriksa di internet. Rumah sakit Jantung Hati, tidak ada informasi lebih lanjut. 'Sial' Freen memutuskan untuk menelepon Nam, mungkin dia tahu lebih banyak.
"Halo... Phii Nam"
"Aish... apa lagi Freen. Ini bahkan belum 48 jam. Apa lagi yang Kamu lakukan sekarang?" Jawab Nam dengan nada ketus.
"Heh? Aku hanya ingin menanyakan sesuatu" Freen menyanggah.
"HAH? Kamu tidak terluka dan Kamu menelponku?" tanya Nam terkejut.
"Apa? Jadi Aku tidak boleh menghubungimu jika Aku tidak terluka?" Freen bertanya dengan nada memelas.
"Yah, karena sangat tidak biasa" Jawabnya acuh.
Freen hanya terkikik "Phii Nam, Kamu tahu rumah sakit kecil bernama Jantung Hati?"
"Jantung Hati? Ya, di sebelah timur kota kan. Kenapa?" Dia menjawab dan bertanya balik.
"Itu tempat khusus untuk penyakit apa?"
"Umm .. dari apa yang Aku tahu, tidak ada yang khusus. Maksudku mereka menangani pasien dengan penyakit kronis, dapat disembuhkan atau pasien paliatif. Semua jenis penyakit; onkologi, kardiologi, neurologi " Nam mencoba menjelaskan.
"Tapi, bisa saja ..." Freen bergumam pelan.
"Apa? Aku tidak bisa mendengarmu" Nam mengkonfirmasi apa yang Freen gumamkan.
"Uhh ...tidak apa-apa Thank's Phii Nam "
"Freen ... ap ---" Sebelum Nam menyelesaikan kalimatnya, Freen menutup telepon.
Apa penyakit yang diderita gadis manis itu? Apakah dia sakit kronis? Harus ada seseorang yang melakukan sesuatu untuk menyelamatkannya.
.
.
.
Freen bangun pagi-pagi bersiap dan segera pergi ke Rumah sakit kemarin. Freen bertemu Bibi yang kemarin di meja resepsionis lagi.
"Selamat pagi...Bibi..."sapanya dengan senyuman hangat.
"Selamat pagi... Khun Freen" katanya "Rebecca ada di halaman belakang" Dia berkata sambil tersenyum seraya menunjuk pintu berwarna putih.
Freen tersenyum kembali padanya bahkan lebih ramah "Terima kasih" menunduk sedikit.
"Dengan senang hati" Dia membalas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamulah satu-satunya (FREENBECKY)
FanfictionCeritanya sederhana kok, cuma 6-7 Bab Tentang pemain yang akhirnya bertemu dengan cinta sejatinya namun ada yang harus dikorbankan