BAB 3

442 50 6
                                    

Cerita Sebelumnya:

"WAE? NO!" Freen berteriak.

Freen bersyukur dan mengucap terimakasih Tuhan karena ponsel Nam berbunyi. Freen merasa itu panggilan darurat jadi Nam harus pergi, tetapi sebelum itu Nam berteriak "KAMU berutang CERITA padaku Freen!"

Freen tertawa, masuk ke kamar mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit itu lagi. Bahagia rasanya hanya dengan memikirkan dapat melihat Rebecca lagi.

.

.

.

Ini adalah akhir pekan, jadi Rumah sakit penuh Dengan pengunjung. Aku dan dia duduk di bangku kami. 'Tunggu bangku KAMI hehehe'

Ada banyak anak kecil yang berlarian, bermain, meninggalkan mainan mereka di sembarang tempat.

Rebecca terlihat sangat senang hari ini, dan dia mengatakan padaku sangat suka ketika ia mendengar suara anak-anak, mendengar mereka tertawa. Aku hanya tersenyum, Aku tidak tahu apakah aku juga suka anak-anak seperti dia.

Setelah beberapa saat duduk disana, aku memintanya untuk berjalan-jalan bersamaku. Dia bangun dan kami mulai berjalan. Seorang anak kecil menabrakku dan terjatuh sehingga Aku berlutut untuk membantunya. Rebecca terus berjalan.

"Yaah,,,Rebecca awas ada lubang!" Aku berteriak, berlari ke arahnya meraih pergelangan tangannya. ada anak-anak yang menggali lubang di tengah-tengah taman dan membiarkannya begitu saja. Aku menarik Rebecca kearahku dan memeluk pinggangnya erat.

Apa yang dia lakukan, dia bisa terluka jika dia jatuh.

"Apa Kamu tidak lihat!?" Aku sedikit berteriak, bukan karena aku marah tapi karena aku khawatir.

Dia memandang wajahku, mata pucatnya menatap langsung ke mata ku. Dia membuka mulutnya.

"Ya, Aku tidak melihat karena Aku buta ..." Dia berkata dengan nada yang entah bagaimana menyakitkanku.

Aku mengerjapkan mataku tak percaya. 'Apa buta?' Aku bertanya pada diriku.

"T-Tapi bukankah Kamu menunjukkan taman, bunga-bunga dan Kamu berjalan layaknya orang normal, Aku-maksudku ---" Aku berkata tidak percaya.

"Aku tinggal di sini hampir setengah dari hidupku Khun Freen. Aku tahu setiap inci dari rumah sakit ini, setiap bunga yang mereka tanam, Aku tahu setiap langkah seseorang, suara setiap seseorang "Dia berkata dengan menundukan kepalanya.

Dan itu semua masuk akal, itu sebabnya dia tidak pernah menoleh sebelum mengetahui siapa yang datang atau memanggilnya.

Aku terkejut saat Aku sadar tanganku masih memeluk pinggangnya.

"Kenapa kamu tidak memberitahuku sebelumnya?" Aku bertanya dengan nada khawatir.

Dia menghindari tatapanku, memilih menatap tanah, sambil berbisik "Aku tidak ingin kamu mengasihiku"

Aku tidak bisa menahan keinginanku, aku menariknya lebih dekat, memeluknya erat, menyandarkan kepalanya di dadaku dan membiarkan tanganku mengelus rambutnya. Aku hanya diam, tidak bisa mengatakan padanya apa yang ingin aku katakan.

Mungkin aku tidak perlu berkata apapun, ketika Aku merasakan tangannya melingkar di pinggangku, membalas pelukanku. Aku memejamkan mata, menikmati perasaan mendekapnya seperti ini.

Tidak butuh kata-kata. Aku jatuh cinta dengan gadis ini, seorang gadis yang baru tiga hari yang lalu aku bertemu. Tapi tiga hari menjadi waktu yang aku butuhkan untuk menyadari jika aku ingin menghabiskan seluruh hidupku dengan dia, melindunginya dan merawatnya.

Kamulah satu-satunya (FREENBECKY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang