BAB 5

394 54 4
                                    

"Mohon maaf telat selamat menikmati membaca"

cerita sebelumnya :

Aku tidak bisa menghentikan air mataku, bagaimana dia bisa begitu berani seperti ini. Bahkan Aku menyerah untuk hidup, saat beberapa hal buruk terjadi dalam hidupku.

Sedangkan Dia, seseorang yang dalam pengawasan malaikat maut, dia begitu tenang dan sangat siap menerima kematiannya saat malaikat datang mengambil nyawanya.

Tapi aku belum siap untuk melepaskan kepergiannya.

Aku akan melakukan apa saja untuk menyelamatkanmu, Becca. Aku berjanji kepadamu.

.

.

.

Akhir pekan ini Becca berulang tahun. Aku minta izin kepada Dokter untuk mengajaknya ke pantai. Dia ingin sekali mendengar suara ombak, dan dengan senang hati sang dokter mengijinkan meskipun butuh waktu yang lama untuk meyakinkannya. Perawat mengganti anti-epileptikus dengan levetiracetam. Sudah 3 minggu sejak kejang terakhirnya, mungkin itu akan membantu untuk saat ini.

Mereka juga memberikan sebotol Lorazepam beserta suntikan untuk berjaga-jaga, memasang iv line di tangan kiri Becca.

Aku menyiapkan makan malam, menaruh beberapa selimut di dalam mobil dan memastikan Becca mengenakan pakaian yang hangat. Aku memegang tangannya, menuntunnya menuju mobil. Di Perjalanan Dia terlihat bahagia saat merasakan angin yang berhembus membelai rambutnya melalui kaca mobil yang terbuka. Aku menambah kecepatan mobil, Aku ingin sampai di pantai saat matahari terbenam. Aku sudah mengatur semuanya kemarin, Aku mendirikan tenda di pantai sehingga kita bisa bermalam di sana.

Becca sangat senang merasakan pasir basah di antara jemari kakinya, kakinya pun basah terkena ombak. Aku menawarkan menggendongnya di punggungku, tapi dia menolak. Pada akhirnya Aku hanya memegang tangannya dan kami berjalan bergandengan tangan di sepanjang pantai.

"Apa Kamu Lelah?" Aku bertanya padanya dengan nada khawatir.

Dia menggelengkan kepalanya, menunjukkanku senyum manisnya. "Sudah lama Aku tidak bersenang-senang seperti ini" dia berkata.

Itu membuatku tersenyum. Dia benar-benar terlihat bahagia.

Kami duduk di samping tenda. Menyaksikan matahari yang mulai terbenam.

"Phii Freen..."Dia memanggilku dengan suara lembut.

"Ada apa Bebe?" Aku bertanya beralih menatapnya sedangkan yang ditatap hanya memandang jauh kedepan seakan menyaksikan terbenamnya matahari.

"Apa matahari terbenam itu indah?"dia bertanya dengan riang.

"Ya, sangat Indah ... langit tampak berwarna merah saga, bahkan air laut juga terlihat merah" Aku menjawab dengan senyuman.

"Aku tidak ingat bagaimana warna merah, yang Aku ingat hanya biru"Dia kembali menjawab dengan tersenyum. Aku tertawa dengan jawabannya, dia sangat menyukai biru.

Kami selesai menyantap makan malam kami, Aku menaruh selimut di bahu Becca, mencegahnya agar tidak sakit akibat terkena dinginnya angin pantai.

Ketika jam menunjukan pukul 12, Aku mengambil kue kecil dengan lilin diatasnya dan menyanyikan lagu happy birthday.

"Happy Birthday, Bebe..." Ku kecup keningnya.

"Terima kasih Phii Freen" Dia memelukku sedikit terisak.

"Kemarilah, buatlah permohonan dan tiup lilinnya" Aku berkata sambil menyodorkan kue tepat di hadapannya.

Dia mengangguk, lalu memejamkan matanya dan bergumam permohonannya sebelum ia meniup lilin.

Kamulah satu-satunya (FREENBECKY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang