11: Alur acak

275 45 891
                                    

“Terima kasih atas cinta, kau telah
mengajarkan arti sebuah ketulusan dalam sebuah hubungan.”

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Sudah pukul 7 malam, tetapi keluarga Sofia belum juga pulang membuatnya malas untuk keluar kamar. Alvin melangkahkan kaki dengan gontai menuju taman halaman belakang rumah mereka dengan harapan akan mendapatkan udara segar.

Namun, harapan itu pupus kala dirinya malah menemukan seorang perempuan tengah duduk termenung sembari memandang ke arah langit yang sudah gelap.

Melihat itu dengan cepat dirinya akan segera pergi dari sana, untuk saat ini suasana hatinya tengah kacau jika bertemu dengan Sofia kemungkinan besar amarah beberapa waktu yang baru saja redam akan kembali tersulut lagi.

"Kamu mau kemana, Al?" suara Sofia berhasil membuat langkah kaki Alvin terhenti secara tiba-tiba.

"Kenapa lagi, hah?" ketus Alvin.

"Boleh bicara sebentar ga? Kayanya aku harus jelasin dulu ke kamu soal tadi sore, biar nggak ada kesalahpahaman kaya sekarang."

Alvin mendengar hal itu hanya bisa menghela nafas dengan kasar, dengan sangat berat hati sekali ia mencoba menurunkan egonya kali ini saja, kemudian mulai berjalan mendekat ke arah perempuan yang keadaannya sudah kacau, ditambah sorot mata Sofia mengenai pancaran sinar lampu, hingga terlihat beberapa butir air mata terlihat.

Pasti perempuan kesayangan bapak Justin itu baru saja selesai menangis dikarenakan kejadian sore tadi.

"Mau ngomong apa?" tanya Alvin kepada Sofia.

"Bisa gak kamu dengerin aku dulu?"

"Iya, cepat mau ngomong apa?"

Sofia menarik nafasnya dalam. "Orang tua aku ngejodohin kita itu bukan tanpa alasan dan bukan semata-mata untuk kebutuhan bisnis mereka doang."

"Gue tau semua, semuanya emang berawal dari Papah gue. Perusahaannya mau bangkrut kemudian Papa lo nawarin diri buat bantu, tapi dengan syarat ini 'Kan?"

Sofia dengan keras menggelengkan kepalanya sedangkan air mata gadis itu terus-menerus keluar membasahi kelopak mata indahnya yang tampak sudah layu. Tangannya meraih tangan Alvin kemudian ia taruh tepat di dadanya membuat laki-laki itu heran. "Selama bertahun-tahun aku selalu nahan penyakit ini."

"Maksud lo apa? Dengerin gue, jangan karna gue nolak perjodohan kita, lo malah ngarang cerita sedih begini."

"Ngapain aku ngarang cerita? Nggak ada untungnya juga buat aku, aku emang suka sama kamu, tapi aku nggak akan lakuiin itu."

"Sejak kapan, Sof?" tanya Alvin.

"Sekitar 3 tahun yang lalu. Dokter bilang penyakit ini genetik dari Mami gue dan dia juga meninggal karna penyakit ini." ucap Sofia dengan suara bergetar menahan tangisan yang semakin sesak.

𝗗𝗨𝗡𝗜𝗔 𝗔𝗟𝗩𝗜𝗡: 𝗧𝘄𝗼 𝗗𝗶𝗳𝗳𝗲𝗿𝗲𝗻𝘁 𝗣𝗲𝗼𝗽𝗹𝗲 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang