Suara tangis Mami masih terdengar menyakitkan. Orang-orang yang berada di sana silih berganti memenangkan Mami. Berucap pada Mami bahwa Helmi akan di tempatkan di surga. Tempat indah yang sudah disiapkan oleh Tuhan. Helmi anak baik. Anak kesayangan Mami yang terpaksa merenggang nyawa karena menabrak trotoar dengan keras.
Menurut kesaksian saksi dan polisi, Helmi berkendara bagai kesetanan. Dugaan polisi Helmi dalam keadaan mabuk. Hal itu terbukti setelah hasil otopsi keluar, kadar alkohol dalam darah Helmi menyentuh 0,3%. Mami tak mau percaya. Karena dalam pikiran Mami, Helmi anak baik, rajin, dan juga penurut.
Mami berteriak pada polisi yang mengantar jasad Helmi. Wajahnya hampir separuh tertutup luka. Ada juga yang telah dijahit. Tulang rusuknya patah sehingga menusuk organ di dalamnya. Kepalanya terbentuk sangat kuat. Menurut polisi, Helmi tak mengenakan sabuk pengamannya.
Yuno di sana saat tubuh Helmi masih berlumuran darah. Yuno adalah orang pertama yang berhasil ditelpon oleh Helmi. Sebab kembarannya itu adalah orang terakhir yang ditelpon olehnya.
"Lagian cewe mana sih yang buat lo galau? Nikmatin hidup lah, Hel. Lo tuh ya walaupun gue agak geli bilangnya, lumayan ganteng tau nggak sih, tapi tetep gantengan gue dih, walaupun kita kembar. Cari yang baru lah."
Malamnya, keduanya masih bercengkrama via suara. Helmi masih tertawa dengan suara beratnya yang menurut Yuno seperti bapak-bapak.
"Bukan soal cewek kali, No. Lo kan tau gue bukan tipikal yang galau karena cewek." kelakar Helmi.
Yuno yang tengah berbaring telungkup di atas ranjangnya bangkit dan memilih mendengarkan curhatan dari kakak kembarnya.
"Yaudah sok atuh apa, sini curcol sama gue. Mumpung gue belum mau tidur nih."
Walau tak dapat dilihat oleh Helmi, Yuno bergerak melihat jam pada dinding kamarnya. Anak itu bahkan berpindah posisi ke arah balkon. Mendudukkan tubuhnya di bangku balkon kamarnya. Sepasang bangku yang biasanya diduduki olehnya dan juga Helmi. Dari tempat duduknya, Yuno dapat melihat motor kesayangan Helmi yang sedang di dorong masuk ke arah bagasi oleh sopir Mami.
Kening Yuno mengerut bingung. Tumben sekali Helmi tidak menggunakan motornya. Helmi adalah tipikal orang yang senang sekali bepergian dengan motor. Namun kali ini, anak itu pamit pada Mami untuk staycation dengan teman-temannya menggunakan mobil milik Mami.
"Tumben kagak naik motor lo?" tanya Yuno melupakan niat awalnya mendengarkan curhatan Helmi.
"Pengen aja sih. Udah lama juga nggak naik mobil."
"Kenapa nggak mobil gue dah, mobil Mami terlalu gemes buat Om Om kaya lo."
Tawa Helmi menguar di sebrang telpon. Menertawakan perkataan Yuno yang dirasanya benar. Karena tawa Helmi, Yuno pun ikut tertawa. Keduanya memiliki humor yang sangat receh. Helen bahkan sering menatap jengah keduanya saat mengobrol dan tertawa bersama. Kalau seperti itu, Yuno akan mengejek kakak sulungnya itu dengan menjulurkan lidahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Huis
Teen FictionKumpulan one shoot dan juga what if di univers journaey. Jaemin centric.