Yuno menyiapkan banyak hal sebelum pulang. Baju natal dan paskah untuk Mami dan Helen, bolu meranti yang dibawanya jauh-jauh dari Medan bersama bika ambon kesukaan Mami, juga surat panjang yang ditulis olehnya sendiri.
Yuno menyiapkan segalanya dengan teratur. Agar orang rumah tak terkejut akan kepulangannya. Yuno tak ingin Mami kembali menangis, walau Yuno yakin hal itu tak mungkin terjadi. Mami pasti akan menangis seperti yang sudah-sudah. Menyambut kepulangan Yuno dengan tangis sambil memeluk Yuno dengan erat.
Sebulan setelah kepergian Helmi, Yuno memutuskan untuk pergi sebentar. Pulang ke kampung halamannya di Medan. Kota yang menjadi saksi tumbuh kembangnya. Iya hanya dirinya sebab Helmi dan Helen dibesarkan di Jakarta dengan Mami dan Papi. Sedangkan Yuno, di tinggal dengan Opung doli berdua. Sebab Opung boru sudah lama tiada.
Di Medan, setiap hari Yuno menerima telpon dari Helmi atau Helen. Keduanya bercerita bagaimana mudahnya berkendara di Jalarta. Fasilitasnya jauh lebih baik ketimbang Medan. Jawaban Yuno hanya tertawa kecil saja. Dia sudah lama berasa diabaikan. Saat hanya Papi yang datang pada ulang tahunnya ke dua belas waktu itu.
Papi bilang, Mami tidak dapat hadir sebab Helmi meminta Mami menemaninya belanja peralatan sekolah. Mengingat keduanya akan memasuki jenjang sekolah menengah pertama. Padahal waktu itu adalah ulang tahun keduanya. Helmi dan juga Yuno. Namun Mami lebih memilih Helmi. Yuno paham, Yuno memang tak ada apa-apanya dibanding Helmi.
Helmi anak baik. Waktu Opung boru meninggal, Helmi menangis terisak sebab merasa tak memiliki waktu yang banyak dengan nenek mereka itu. Tetapi Yuno hanya diam tak sedikitpun menangis. Bukan karena Yuno tak menyayangi neneknya itu. Yuno hanya tak tahu mengekspresikan perasaannya.
Yuno sayang sekali dengan Mami. Setiap Helmi, Helen, atau Papi menelpon, Yuno pasti menanyakan keadaan Mami lebih dulu.
"Mami udah makan?"
"Mami sehat?"
"Mami masak apa haru ini?"
"Mami, Opung bilang, gimana buat mi Bangladesh?"
Begitu terus sampai akhirnya Yuno lelah sendiri. Pertanyaan-pertanyaannya hanya dijawab singkat oleh Mami. Yuno tak yakin kenapa, tapi mungkin Mami sudah melupakannya.
Baru, sampai saat kelulusan SMP, Papi menjemputnya untuk ikut ke Jakarta. Papi menjemputnya bersama Helen, karena lagi-lagi Mami sedang berbelanja dan menyiapkan sesuatu bersama Helmi. Yuno kira waktu itu, Mami dan Helmi menyiapkan beberapa hal untuknya, tapi ternyata Yuno salah. Keduanya berjalan-jalan sebab Helmi ingin survei beberapa sekolah yang menjadi pilihannya.
"Mami nggak ikut lagi, Pi?" tanyanya dengan sendu.
Papi dan Helen sempat melirik satu sama lain. Saat Papi ingin menjawab dengan halus agar Yuno tak merasa kecil. Helen lebih dulu menjawab.
"Iya. Kan survei sekolah buat kalian."
Yuno tetap berbesar hati waktu itu. Kala Mami menyambut dengan pelukan dan kecupan pada dahinya, Yuno tak lagi merasa hangat. Yuno sempat berpikir apakah dia anak pungut hingga Mami tak menyukainya, namun kembali lagi pada Helmi yang memiliki rupa mirip dengannya, Yuno membuang pikiran itu jauh-jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Huis
Novela JuvenilKumpulan one shoot dan juga what if di univers journaey. Jaemin centric.