1.03. Ikan bakar

117 12 3
                                    

Kini belasan orang tersebut berada di belakang rumah sedang mempersiapkan peralatan untuk membakar ikan dari hasil mancing siang tadi. Si kembar tengah (Damar dan Rike) membagi tugas untuk menyalakan api juga membuat bumbu. Sedangkan si kembar awal (Ian dan Marta) sedang membuat minuman di dapur. Lalu si kembar akhir (Esa dan Lintang) nampak diam dan tak berbicara satu sama lain saat sedang membersihkan ikan. Sebenarnya hanya Esa yang tak mau bicara pada Lintang. Lagipula sedari tadi Lintang sudah mencoba untuk mengajak kembarannya itu untuk berbicara. Namun tak digubris sama sekali olehnya.

"Tanganku kegores pisau, mau nyembuhin ga?" tanya Lintang pada Esa yang sedang membersihkan ikan. Kakak kembarnya itu terlihat meliriknya dan tak menjawab pertanyaannya.

"Yaudah kalau ga mau." Lintang nampak lesu ketika Esa tak menjawabnya.

"Ayo ikannya udah siap belum?!" teriak Eno yang sudah selesai menyiapkan tempat duduk untuk belasan adiknya.

Lintang mengacungkan jempol, mereka berdua segera membawa ember ikan yang sudah dibersihkan ke tempat pembakarannya. Mereka segera membakar ikan-ikan itu. Sedangkan yang lainnya menyiapkan piring-piring dan nasi.

Lintang mengambil ikan yang besar untuk dia bakar terlebih dahulu, dengan telaten dia mengoles-oles ikan itu dengan lembut. Si kembar tengah hanya bisa tertawa melihat kelakuannya. "Sini-sini biar aku aja, lama banget kamu ngolesnya." Rike berniat membantu, namun Lintang menolaknya tanpa alasan.

"Yaudah serahmu, penting ikan besarnya buat aku ya kalau udah mateng?" ucap Rike. Lintang hanya menggeleng, ikan itu bukan untuk dirinya namun untuk kembarannya, Esa. Dia memang sengaja menangkap ikan yang besar tadi dengan jaring dan langsung teringat Esa.

"Pelit ah!" seru Rike dengan wajahnya yang sudah terlihat kesal. Damar dan Lintang hanya terkekeh melihatnya.

"Kok kamu ikutan ketawa sih Mar?" Rike memberikan tatapan sengit untuk kembarannya itu.

"Eh? Aku ga ketawa kok, just smiling," ucapnya

"Ish sama aja."

"Ini buat Esa Mas, jadi ga ku bagi kesiapa-siapa selain Esa," celetuk Lintang. Dia menatap Esa yang sedang duduk di kursi sembari memainkan ponselnya.

"Esa! Nih ikannya buat kamu, jangan dibagi kesiapa-siapa." Esa langsung bangun dari duduknya dan menerima ikan besar itu.

"Eh? Kenapa buat aku? Emang Wana ga papa?" tanyanya.

"Aku nangkap sendiri itu, jadi Wana ga ikutan. Udah cepet dimakan, kalau diminta sama Mas Rike jangan dikasih ya?" Esa langsung mengangguk. Lintang kembali lagi ke tempat pembakaran untuk membakar ikan kembali.

"Ih, kamu kok ga se sweet itu sih Mar? Malahan kadang kamu ga mau bagi makananmu." Rike menatap kesal ke arah Damar yang sedang mengipasi ikan-ikan.

"Kamunya aja ga mau Rik, gimana mau kukasih."

"Ya harusnya dibujuk."

"Ada apa sih ini?" tanya Lintang yang baru datang.

Mereka berdua hanya diam dan tak mengeluarkan satu patah kata pun setelah Lintang datang. Mereka berdua hanya menggeleng untuk menjawabnya.

Kini semuanya sudah keluar, bahkan Jati pun juga sudah keluar dari kamarnya. "Loh Esa kok makan ikan duluan?" tanya Ian yang baru datang membawa minuman.

"Disuruh Lintang," jawabnya dengan muka cemong penuh saus kecap di sekitar bibirnya.

"Coba sini Mas bersihin mulutnya." Esa mendekatkan wajahnya ke arah Ian, setelahnya kakaknya itu mengusap bibirnya menggunakan tisu basah lalu mengeringkannya dengan tisu.

WIYONO FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang