1.12. Pelakunya

65 6 2
                                    

Berbagai tuduhan dari adik-adiknya telah Wira terima. Sebenarnya hanya Wana saja, sedangkan yang lain masih ragu. Apalagi Jati yang membelanya dan juga Jaka. Namun, anehnya kali ini Rike mengatakan bahwa dia tahu siapa yang meneror keluarga Wiyono.

"Siapa Rik?" tanya Ian. Mereka berada di ruang keluarga untuk berkumpul.

"Orang yang sok peduli." Rike berjalan. "Sok menjadi bagian dari kita." Ke arah Damar.

"Mas Wira!" Rike menoleh ke arah Wira yang terlonjak karena namanya disebut.

"Aku?" tanyanya dengan sedikit gusar.

"Iya, emang ada yang namanya sama kayak Mas? Engga kan?" katanya sarkas.

"Aku ga mungkin nerror keluargaku sendiri! Untuk apa? Merusak keturunanku sendiri?" Kini Wira terkesiap karena perkataannya sendiri.

Rike menunjukkan senyum miringnya. "Kenapa kok kaget? Rahasianya ke bongkar?" Sembari menaikkan alisnya yang sebelah kanan.

"Udah cukup. Jangan asal tuduh kamu Rik." Agat menengahi.

"Belain aja kembarannya, kembaran yang mungkin bukan kembaranmu." Mendengarnya membuat otak Agat terasa mendidih. Menurutnya Rike terlalu berlebihan dan kekanak-kanakan.

"Udah-udah, kenapa jadi berantem sih," kata Arja sembari menarik Agat yang hampir maju melawan Rike. Kalau tidak dicegah, mungkin kembarannya akan babak belur karena adiknya itu.

"Sekarang apa buktinya?" tanya Arja dengan tenang.

"Yang suka foto, yang sering keluar masuk kamarku sama kamarnya Lintang waktu itu dia." Menunjuk ke arah Wira. "Jadi udah pasti dia yang ngelakuin ini semua. Dasar munafik!" katanya, menatap tajam mas nya itu.

"Rik, dengerin Mas dulu. Mas ga ngelakuin itu sama sekali, justru Mas mau nolong kalian buat nyari si Antana!" Nama itu, cukup tak asing di telinga milik Jati. Dia merasa pernah mendengar nama tersebut, tetapi dia lupa di mana.

"Tuh kan! Dia aja tahu siapa yang harus di salahin!" Rike menunjuk ke arah Wira.

"Cukup Gala!" Agat meneriakinya, panggilan itu membuat Rike seakan mendidih.

"Jangan pernah panggil aku dengan nama itu! Hanya ibu yang boleh memanggilnya!" Rike mencengkram kerah baju Agat. Saudaranya yang lain mencoba melerai, namun semuanya di hempas begitu saja oleh Rike.

"Rike! Cukup!" Wira mendorong Rike sekuat tenaga, hal itu membuat Rike dan Agat terpental ke lantai.

Wira yang tersadar langsung membantu Agat berdiri. "Wira? Se-sejak kapan kamu bisa ngelawan Rike?" Agat menatap wajah Wira yang tak berani menatapnya.

"Apa benar kamu bukan Wira?!" Agat mengguncang tubuh Wira.

"Siapa kamu sebenernya? Apa benar kamu yang meneror keluarga ini?" Air mata Agat menetes, dia bahkan tak sanggup untuk mengeluarkan kata-kata kembali.

"Di mana Wira! Di mana kembaranku!" Agat berteriak dan mengguncang tubuh Wira dengan kuat.

"Cukup Jagat! Maafin aku, aku emang bukan Wira." Semuanya terkesiap mendengar penuturannya. Agat segera menjauh dan berjalan ke arah Rike yang masih terduduk di lantai.

"Bangun Rik, maafin Mas." Rike berdiri dibantu oleh Agat. Kini Wira meneteskan air matanya.

"Maafkan aku." Wira bersimpuh di lantai. "Aku memang bukan Wira. Tapi bukan aku yang menerror keluarga ini."

"Bangun." Jati mengulurkan tangan padanya. Melihatnya, Agat segera menarik Jati menjauh.

"Jangan membantunya Ja, dia orang jahat. Buktinya kita juga ga tahu di mana Wira sekarang." Laki-laki berkulit putih itu hanya bisa pasrah mendengar perkataan mas nya.

WIYONO FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang