"Anjrit, ga mungkin. Jadi beneran?" gumam Ian saat melihat Wira yang sedang memandangnya.
"Kenapa Mas Yan?" Ian tak menjawab, dia memilih untuk pergi dari sana dan kembali ke kamar Jati.
Wira yang terheran pun segera menghentikan aktivitasnya dan mengikuti kemana Ian pergi. Saat melihat Ian ke kamar Jati, dirinya bergegas ke sana dan membuka pintu kamar. Hal itu langsung di hadiahi tatapan oleh ke lima orang yang sedang duduk menghadap ke satu orang.
Wira membelalakan matanya ketika dia melihat Jaka. "K-kamu?" Wira terkejut begitu Jaka memandangnya.
Jaka mengernyitkan dahi, dirinya berdiri dan berjalan mendekat. Ia menelisik wajah Wira, terutama pada matanya yang menggunakan kacamata. "Aku seperti pernah melihat mata kamu. Tapi di mana?"
Wira langsung gugup seketika, rasanya seperti dia sedang diintimidasi. "Ma-maaf? Bisa menjauh?" kata Wira.
"Oh, maaf." Jaka langsung menjauhkan wajahnya.
"Ga usah kaget Ra, wajah kalian emang mirip. Aku akuin." Agat mengacungkan jempolnya pada Wira.
"K-kamu siapa namanya?" Wira bertanya pada orang di depannya.
"Jaka."
"Oh, yaudah. Aku balik ke kamar ya? Mau nyapu." Wira berbalik badan dan berniat untuk keluar kamar, namun dirinya langsung berhenti ketika Ian menahannya dengan perkataan.
"Sejak kapan kamu nyapu?" Hal itu membuat Wira terkesiap. Dirinya langsung mematung dan tak berkutik.
"M-maksudnya?"
"Kamu sejak kapan nyapu kamar? Biasanya nyuruh cleaning service kan?" kata Ian.
Wira tertawa hambar. "Anu, kan udah kotor banget jadi perlu nyapu sapu."
"Ha?"
"Sialan."
"Maksudku perlu nyapu kamarku, udah kotor banget sapunya."
"Ha?" Kini ke empat saudaranya mengatakan hal itu bersamaan. Wira mengatakannya sama sekali tak jelas yang membuat semuanya bingung.
"Alah udah deh! Aku mau nyapu!" Wira berteriak dan pergi dari sana. Seperti biasa, saudaranya itu akan terlonjak kaget.
Wira akhir-akhir ini sering sekali untuk berteriak. Padahal dirinya kadang untuk berbicara saja akan malas dan tak ada energi.
"Wira kok jadi beda ya?" kata Marta."Aku juga sadar Mas. Apalagi aku kembarannya," sinisnya pada Marta. Yang di sinisi pun langsung mendorong kepala Agat.
"Ih apaan sih?" Agat memegangi kepalanya.
"Kembar kok beda wajah." Ian ikut menggoda Agat yang sudah menatap sengit ke arah Marta
"Ya kan ada yang ga identik Mas. Ya Allah!" Agat berteriak, kedua mas nya itu kini tertawa. Adiknya yang satu itu memang sedikit emosian.
Jaka hanya diam dan masih terus memikirkan Wira yang rasanya pernah dia lihat di suatu tempat.
"Jaka?" Jati memegang pelan bahu lelaki itu.
"Iya kenapa?" Prabu menoleh ke arah Jati setelahnya.
"Mending duduk deh."
"Tunggu, aku belum mengetahui namamu." Sedari tadi, Jaka ingin menanyakan nama Jati namun lagi-lagi harus ter-intrupsi.
"Aku Jati."
"Itu Mas Marta, Mas Agat, sama Mas Ian." Jati menunjuk mas masnya itu satu persatu. "Terus tadi namanya mas Wira."
KAMU SEDANG MEMBACA
WIYONO FAMILY
De TodoApakah dirimu masih percaya pada kekuatan super di zaman modern ini? Bagaimana jika hal itu masih ada sampai sekarang? Mungkin kau akan berkata bahwa itu hal yang kekanak-kanakan bukan? Apa menurutmu seluruh keluarga ini berbohong jika mereka menga...