1.04. Nomor tak dikenal

107 10 0
                                    

Bukan Jati namanya jika tak berada di kamarnya dan hanya berkutat dengan komputer komputernya. Kini dia sedang mengerjakan pekerjaan yang di berikan oleh client. Pekerjaan sebagai infografis terkenal, namun hanya namanya yang dikenali.

Jati memang lebih aktif di sosmed tanpa menunjukkan wajahnya, maka dari itu dia terkenal namun tak ada yang tahu bahwa itu adalah Jati. Nama di sosmed-nya pun juga berbeda-beda di setiap platform.

Saat sedang mengerjakan pekerjaannya, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dengan lebar. Pintu itu menabrak dinding cukup keras. Suaranya mampu membuat Jati berjingkat di atas kursi.

Namun saat dia mengenali bau itu, Jati langsung menoleh dan menatap ke ambang pintu. "Kenapa Mas No?"

"Ah ga seru!" Eno langsung memunculkan dirinya, wajahnya terlihat kesal sekarang ini.

Jati menjulurkan lidah sebagai tanda kemenangan, memang tak pernah ada yang bisa menjahilinya. Bau mereka mempunyai ciri khas masing-masing.

"Kenapa?"

Eno yang semula berwajah kesal langsung terkikik setelah diberi pertanyaan itu. "Anu, minta tolong dong. Barangku ada yang ilang." Seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Sudahku duga." Jati memutar bola matanya.

"Apaan?"

"Kunci mobil, tolong diendus dong." Eno meringis setelah mengatakan hal itu, pasalnya sekarang ini Jati menatapnya tajam seperti tersinggung dengan perkataannya.

"Emang aku anjing apa di suruh endus-endus." Namun meski merasa kesal, dirinya masih saja mau melakukan hal tersebut.

Barang yang tak hidup agak sedikit sulit untuk di kenali baunya, karena baru mereka hampir mirip. Bau tangan manusia yang Jati tak terlalu sukai. Namun untungnya meski begitu, benda benda mati itu masih bisa di bedakan baunya.

"Di bawah single sofa. Di sana kunci mobilmu Mas," katanya sembari menunjuk single sofa  yang dimaksud.

Eno langsung menghampiri tempat yang di maksud oleh Jati, setelahnya dia benar-benar menemukan kunci mobilnya di bawah sana.

"Akhirnya!" Eno mengangkat kunci mobilnya tinggi sebagai tanda bahwa dia berhasil menemukan benda yang dia cari. Jati hanya menggeleng melihat tingkah laku kakak pertamanya itu.

"Makasih adek Jatiku sayang!" Eno melebarkan tangannya, dirinya berlari menghampiri adiknya itu dan berniat untuk memeluk. Namun karena Jati tak suka dipeluk, akhirnya dengan cepat dia berlari masuk ke kamar dan mengunci pintunya.

Untungnya Eno tak mengetuk pintu kamar itu dan mengganggunya kembali. Kini Jati duduk di depan komputer dan kembali berkutat dengan benda besar itu.

Ting!

Bunyi pesan masuk dari ponsel berwarna hitamnya, Jati segera mengecek ponsel itu. Pesan dari seseorang yang tak di kenal sama sekali.

+6285604

Keluargamu bakal mengalami kehancuran Jati, ingat itu.

Jati mengernyit, nomor itu bahkan tak dia kenali. Apalagi pesan yang dikirim juga sedikit ambigu. Akhirnya Jati memilih mengabaikan pesan itu dan kembali melakukan kesibukannya.

Bukannya diam, handphonenya malah kembali berbunyi. Kali ini bunyi handphonenya itu cukup berisik, Jati mau tak mau harus mengalihkan perhatian pada handphone itu.

+6285604

Jangan diabaikan Jati, adik dan kakakmu dalam bahaya.

WIYONO FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang