4. TAK BISA DIUNGKAPKAN

215 12 3
                                    

.
.
.

" Boleh kah aku egois untuk merebut semua ruang hampa didalam hati mu? Karena mencintai mu, adalah keputusan paling tepat dan paling bahagia bagi ku."

_Aryandra Wicaksono_

****

Jangan lupa tekan vote sebelum membaca!!!!

*

Nayla menguap lebar, ia bahkan sampai lupa menutup mulutnya sendiri. Ini sudah yang kesekian kali nya ia menguap. Perdebatan mereka kemarin sungguh menguras tenaga dan pikiran nya. Karena itu juga ia tidak bisa tidur, sibuk memikirkan bagaimana caranya untuk menghadapi Arya. Nayla menghela kasar, tangannya menggaruk kepalanya asal, membuat rambut yang dikuncir kuda itu sedikit berantakan. Guru didepan sana sedari tadi sibuk menjelaskan yang sudah dapat dipastikan tidak masuk dalam gendang telinga Nayla. Ia sudah bosan menunggu gurunya pergi agar mereka bisa beristirahat. Tapi gurunya itu malah asik sendiri, padahal anak kelas lain sudah beristirahat, bel istirahat pun sudah berbunyi sejak tadi. Tapi, mereka malah masih terkurung disini.

" Sudah cukup sampai disini pelajaran kita, silahkan istirahat." Ucap bu Afif sambil melenggang pergi.

Selepas kepergiannya disitulah para murid menghela lega. Akhirnya semua penjelasan dari akar, batang hingga kepucuk daun itu selesai juga. Bahkan banyak diantara mereka sudah menggerutu dan mengeluh kelaparan. Nayla sendiri sedikit menggeliat, meregang kan otot-otot nya yang terasa kaku, lalu kembali merapikan barang-barangnya yang berserak diatas meja.

" Nay, makan yuk, udah laper banget gue!" Keluh Dini disamping yang lebih dulu sudah siap membereskannya barang-barangnya.

" Sabar lah, gue lagi beberes nih."

" Lo lama banget sih beberes, kaya siput. Terlanjur demo cacing-cacing gue Nay."

Nayla hanya berdecak mendengar omelan Dini. Ingin rasanya ia mengganti teman sebangkunya. " Ini udah kelar, gue nggak mau denger cacing lo demo didepan gue." Kesalnya sambil menarik tangan Dini keluar kelas.

" Ish, bener-bener deh lo Nay, untung kita temen, kalo nggak udah gue jual lo ke warung klontong."

Nayla menoleh, karna Dini lebih tinggi dan lebih besar dari dirinya, ia harus sedikit mendongakkan kepala. " Emang laku? "

" Menurut lo? " Sungut Dini.

" Lah kok lo nanya balik."

" Ya lo pikir sendiri lah, emang lo sembako apa yang laku di warung klontong? " Balas Dini yang mengkode Nayla agar mempercepat langkahnya. Saat ini cacing didalam perutnya sungguh tidak bisa diajak kompromi.

" Ya nggak sih."

" Nah tuh lo tau. Hanya Arya seorang yang mau mungut lo dengan cuma-cuma."

" What?! Lo pikir gue sampah pake dipungut? Asal lo tau, Arya sama gue tulus ya Din!"

Dini menghela, memilih mengangguk cepat agar perdebatan mereka selesai. Ia sudah tidak punya cukup banyak tenaga untuk laga mulut dengan Nayla.

" Lo mau makan apa? " Tanya Dini saat mereka sudah tiba dikantin.

Karna ini istirahat kedua yang biasanya diisi para siswa yang ingin makan siang membuat keadaan disana sangat sesak, bahkan harus sedikit berhimpitan. Untung Dini pengertian dan meletakkan Nayla di depannya, mengukungnya agar tubuh mungil Nayla tidak terkena terjangan siswa lain.

"Beruntung banget gue punya temen gede kaya gapura RT." Ucap Nayla saat menyadari perlakuan temannya.

" Lo ngeledek ya Nay?."

MY SECRET WEEDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang