🕸Hope_16||Sebuah Rasa✨

69 44 35
                                    

Dia sederhana, tapi aku menyukai semua yang ada pada dirinya

•••••

Anggala berjalan santai di koridor, tak lupa dengan tas berwarna hitam yang tersampir sempurna di pundaknya, kedua tangan dimasukkan ke saku celana. Laki-laki yang memiliki tinggi semampai itu melenggang santai dengan sesekali bersiul senang, tak lupa ia tersenyum manis saat mendapat sapaan dari salah satu siswi yang lewat di depannya.

Suasana pagi hari begitu segar dan tenang di SMA Bina Bangsa, membuat hawa tenang dan damai menyelimuti Anggala. Udara masih sejuk dan penuh dengan kesegaran embun pagi yang menempel di daun-daun pohon Mangga yang berada di samping gerbang sekolah. Burung-burung berkicau riang, mengisi pagi dengan simfoni alam yang menyegarkan.

Laki-laki jangkung itu mengedarkan pandangan untuk melihat pemandangan sekolahnya yang begitu asri. Saat Anggala tengah asyik memandangi sekitar, ekor matanya tanpa sengaja menatap pada seorang gadis berkerudung yang tengah berjalan santai di ujung koridor, seraya mengapit dua buah buku tebal di dadanya.

Anggala pun tanpa sadar menyunggingkan senyum lebar saat melihat gadis itu. Laki-laki yang memakai seragam lengkap SMA Bina Bangsa itu langsung bergegas menghampiri gadis yang berjalan di depannya dengan sedikit berlari.

"Pucuk dicinta, ulam pun tiba," gumamnya dengan senyum yang tak luntur dari bibirnya.

"Rania!" panggil Anggala dengan sedikit berteriak pada gadis di depannya, membuat sang empu yang di panggil sontak terkejut dan spontan menoleh menatapnya.

"Eh, Gala?! Aku kira siapa, bikin kaget saja," ucap Rania dengan mengelus dadanya yang terkejut akibat teriakan Anggala tadi.

Laki-laki itu malah cengengesan tidak jelas mendengar gerutuan Rania, entah kenapa hatinya sangat nyaman saat berbincang dengan gadis manis yang suka memakai sweater berwarna merah muda di sampingnya. Saat melihat wajah manisnya, hatinya terasa sangat nyaman dan ingin selalu menatapnya.

Anggala tertawa pelan. "Heheh ... maaf, habis gue nggak nyangka bisa ketemu sama lo di sini," tuturnya dengan tersenyum manis.

"Eh iya, aku tidak tahu kalau kamu sekolah di sini juga," ucap Rania.

"Lo nggak pernah liat gue ya? Padahal gue pernah ketemu sama lo," ujar Anggala.

"Eh, kapan?!"

Rania sontak menggaruk kepalanya yang berbalut kerudung. Ia jadi mengingat adegan saat pulang sekolah waktu itu. "Ehm, sepertinya kita memang pernah bertemu," ucap Rania yang lantas membuat Anggala tersentak dan menoleh ke arahnya penasaran.

'apa dia tahu, kalau cowok helm putih itu gue?' tanyanya dalam hati, tetiba menjadi gugup.

"Waktu sepulang sekolah, aku lihat kamu sedang berdiri di depan gerbang," jawabnya dengan tertawa canggung.

"O-oh, itu. I-iya, emang bener, itu gue," jawabnya dengan kikuk.

'gue kira pas di lampu merah!'

"Oh iya, bagaimana dengan luka kamu? Sudah baikan?" tanya Rania, karena mengingat kejadian di mana Anggala yang melawan dua orang pria berbadan kekar yang mencegatnya ketika mencari toko buku, tapi untungnya ditolong oleh Anggala, sampai wajah laki-laki itu babak belur.

Sambil berjalan beriringan dengan Rania, laki-laki dengan wajah tampan itu mengangguk. "Udah nggak papa kok, lihat, nih," ujarnya menunjuk dahinya yang ada bekas goresan sehabis perkelahian beberapa hari yang lalu, tapi sudah mengering dengan sempurna.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Anggala's little hopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang