Sebelum lanjut baca yuk follow dulu!
Kisah ini berasal dari seorang perempuan yang menceritakan kembali tentang bagaimana dia menemukan pria yang begitu spesial di hidupnya, mereka adalah Malini dan Mahendra.
"Lini, kenapa?" ucap nya yang tersadar dari lamunannya.
"Lu ngelamunin apa sih?"
"Hem gua keinget kejadian malem itu Lin, dimana kajul dan Luin ninggalin kita semua" ucap Andara dan terseyum tipis.
"Huuu, kejadian itu yang buat gua takut buat pergi ke markas"
"Kenapa?" tanya Andara heran kenapa Malini mengucapkan kalimat itu.
"Takut aja, tau sendiri disana terlalu banyak kenangan yang tertinggal bahkan wangi farfum kajul pun masi tercium diruangan itu" ucapnya panjang lebar.
"Udahlah gua males bahas itu" sambung Malini.
"Eh lin!"
"Kenapa lagi Andaraaa"
"Lo tau gak siapa yang meluk Luin saat dia ditembak dari belakang?"
"Lo mikir aja ya, gua kan gak ikut ya gak tau lah"
"Udahlah ya gua mau cabut dulu" sambung Malini.
"Siapa laki-laki itu, tu orang kayak mirip... Gak gak mungkin" gumam Andara.
Seorang laki-laki dengan celana pendek, bola mata kebiruan, otot yang cukup besar dengan dada yang bidang, rambut potongan mulet styles sedang menyiram tanaman di depan rumahnya dia bernyanyi riang gembira sembari menyemprotkan air ke bunga yang ada.
Drtt drttt
"Hallo dengan luye disini" ucap pria yang menyiram tamanan tadi.
"Andaraaa ini lo" ucapnya kaget yang ternyata menelponnya adalah teman yang dia nantikan.
...
"Bisa-bisa, dimana?"
...
"Oke nanti jam 2 siang kita ketemuan"
...
"Waalaikumsalam"
"Kenapa ya tumben tu anak" gumam Luye.
Seperti biasa pagi ini anak-anak Sastra Wijaya FC sedang berlatih dilapangan semuanya latihan dengan baik karena 1 minggu lagi mereka akan mengahadapi perlawanan dengan Saba FC.
Mereka semua mendengarkan arahan yang diberikan coach, "untuk pertandingan kali ini kita hanya memainkan laki-laki saja" ucap salah satu stap coach.
"Baik coach" ucap mereka semua serentak.
Setelah mendengarkan arahan yang diberikan mereka semua melanjutkan latihan diposisi masing-masing.
Lain halnya dengan Malini dia dari tadi hanya duduk di bangku tepi lapangan tak ada gairah untuk melakukan latihan padahal biasanya dia yang paling antusias untuk hal semacam itu.
