"Jadi hari ini Alan ke Makasar, Mah?"
"KOK ALANA GAK TAHU SIH??"
"Pokoknya Alana gak mau tahu, mama harus jelasin sama Alana kenapa Alana gak tahu soal Alan yang pergi ke Makasar, Kenapa satu isi rumah ini gak ada yang ngasih tahu Alana, kenapa mama diem aja padahal Alana seharian ini ada di kamar????"
"Nak.."
"Alana gak mau denger kata-kata lain selain penjelasan mama ya!! Pokoknya jelasin latar belakangnya apa, alasannya apa, tujuan mama tega ngelakuin itu sama Alana apa, inti permasalahannya apa, gimana cara mama minta maaf sama ngebujuk Alana karena Alana bakal marah sama mama seharian ini."
"Alana sayang.."
"Engga, gak seharian pokoknya marahnya sampai Alan pulang!"
"Alana sayang jalannya hati-hati loh nanti kamu jatuh." Alana menghindar dengan cepat saat mamanya mencoba meraih tangannya. Di samping itu, Mama Sharon menggelengkan kepala tanpa henti dengan perasaan cukup was-was. Pasalnya cara berjalan Alana membuat wanita berusia 45 tahun itu menjadi siaga. Ia takut anak pertamanya bisa jatuh kapan saja.
Alana segera mencari jalan. Ia menyusuri jalan dengan tongkat miliknya hingga akhirnya ia berhasil duduk di meja makan dengan raut wajah kesal.
"Bang Alan ke Makasar hari ini?" Itu Arjaka bahan pertengkaran Alana. Dari bau badannya sudah jelas tertebak jika anak laki-laki itu baru selesai latihan taekwondo. Arjaka adalah atlet taekwondo dan dulu Alana pun seorang balerina sebelum akhirnya menjadi pemain piano.
"Mah, kapan Bang Alan bilang sama mama?" Arjaka melirik ke arah Alana. Terdengar jelas laki-laki itu sedikit mentertawakan kakaknya solah sedang mencari bahan pertengkaran.
Ia meneguk air dan berjalan kearah mama yang sedang menggoreng tempe kemudian memeluknya dari belakang.
Berbeda dengan Arjaka yang terlihat bersemangat menggoda kakak perempuannya, Alana terlihat tak karuan. Setelah mendengar kabar Alan dari mama dua jam yang lalu, gadis itu hanya mondar-mandir. Bahkan, hampir saja ia menumpahkan air panas akibat kerusuhan yang dia ciptakan sendiri.
"Mah, bentar lagi bakal ada yang ngabisin tisue rumah. Seharian nangis di kamar sambil muter lagu galau terus gak keluar kamar sampai gak makan deh."
"Diem sebelum mata lo gua colok pake tongkat!"
Jika kalian bertanya siapa Alan pada Alana, perempuan itu sudah pasti menjawab dengan lantang, " ALAN ITU PACAR GUA!" Iya, bagi Alana, Alan itu pacarnya. Tapi bagi Alan, Alana hanya teman.
"Kenapa Alan gak ngasih tau gua? Alan marah sama gua? Kenapa sih? Gua salah apa sih? Kalau marah minimal ngasih tau, jangan tiba-tiba pergi ke Makasar. Yaudah gua juga ikutan marah," gumamnya kesal. Bahkan, ia tambah kesal ketika mendengar deru napas Arjaka terdengar samar-samar.
"Arjaka mending lo diem deh!" bentaknya. Arjaka yang sedari tadi sibuk mengekor mama sekilat menatap wajah Alana.
"Gua diem dari tadi anjay."
"Napas lo ganggu."
"Ya Allah teh, udah cukup salahin gua aja deh gak usah napas gua ikut-ikutan di salahin."
"Lagian nih ya teh, Bang Alan itu capek di ganggu lo mulu kali jadi kabur ke Makasar, Yakan ma?" Mama menatap wajah anak laki-lakinya, ia tak bisa menahan rasa gemasnya ketika melihat wajah Arjaka yang secara tiba-tiba menunjukan ekspresi imutnya.
Perempuan tua itu mencubit hidung Arjaka gemas sembari berkata, "gak boleh kaya gitu sayang, kakakmu dari tadi udah marah-marah gak karuan."
"Lagian ya teh, lu sih pake ngintilin dia mulu mana ngaku-ngaku pacar lagi. Kabur kan orangnya."
"Diem gak lo, gua sobek beneran mulut lo!"
"Gak."
"Mamaaa kenapa mama harus lahirin dia sih?? Masukin lagi gak ke perut mama! Tuker tambah sama yang lain!" rengeknya. Kekesalan Alana hampir berada pada puncaknya.
"loh teh, gua kan diem? Gua salah lagi nih?"
"Bisa gak sehari aja lo jangan buat dosa sama gua?"
"Astagfirullah maaf Ya Allah, Arjaka gak bermaksud kok. Tapi Ya Allah, gua punya teteh emang hobinya mancing dosa."
"MAMAAAAAAA!!!"
"Arjaka sayang."
"Salah lagi kan."
"Lo gak boleh gitu ya! Ngomong sekali lagi, mulut lo beneran gua robek terus gue museumin mau lo?"
Arjaka menggelengkan kepala sembari menutup mulutnya dengan keua telapak tangan.
Alana diam sejenak, ia menarik napas panjang.
"DIEM!!"
"GUA UDAH DIEM TEH YA ALLAH TEH ISTIGFAR TEH!!"teriaknya.
"NAPAS LO BERISIK."
Arjaka menghela napas berat. Memang prinsipnya gak pernah salah, ada lima hal yang tidak boleh diganggu, yang pertama orang lahiran di gang, kedua Kak Alana yang lagi PMS, ke tiga Kak Alana yang ditinggal Alan, ke empat mama yang lagi bikin alis, terakhir si alexander yang lagi bercocok tanam. Alexander adalah anjing peliharaan mama yang galaknya sebelas dua belas dengan Kak Alana.
"Lagian gua bener kok teh, jangan ngaku-ngaku pacar orang pamali." Meskipun sudah tahu marabahaya yang akan datang, Arjaka tetap melanjutkan usahanya mengganggu Alana.
"ALAN ITU PACAR GUA!" teriaknya.
"Halu."
"Yang halu balik lagi ke perut mama sana! Di dunia ini manusia halu harus di eliminasi."
"Lo mau gua pukul atau gimana?"
"Mamaaa,,,, bilang sama Alana kalau mama nyesel lahirin dia?" rengek Alana.
"dih." Arjaka sama sekali tidak mau kalah.
"Tuh kan mah tuh, masa sama kakak sendiri kaya gitu?"
"Mamaaaa ngaku aja sama Ade kalau mama sebenernya gak kuat punya anak kaya teteh? Bilang aja ma sama ade gakpapa, nanti ade bantu cari panti asuhan paling deket."
"MAMAAAAA!"
"Mama gua itu!"
"Gua yang duluan lahir!"
"Lu cuma bahan percobaan mama sama ayah doang teh."
"Produk gagal."
"MAMAAAAAA!"
"Kakak,,, adek,,, udah dong berantemnya, keburu dingin tuh tempenya. Kalian ini tiap hari ribut terus kerjaannya, gak capek emang?" Mama menghela napas berkali-kali melihat pertengkaran keduanya. Namun secara bersamaan, perempuan itu tersenyum lebar menyaksikannya.
Setelah kecelakaan yang merenggut suaminya, bertahun-tahun kebahagiaan keluarganya sempat terampas, terutama Alana yang sama sekali tidak pernah berbicara dengannya.
Insiden itu bukan hanya merampas ayah dari hidup Alana, tapi seluruh hidupnya ikut terampas. Hampir saja ia kehilangan seluruh harapannya setelah Alana membuka mata kembali, namun yang ia temukan hanya kegelapan.
Ya, Alana memang buta.
Insiden itu membuatnya kehilangan penglihatan.
Alana buta.
KAMU SEDANG MEMBACA
After him | Dear Alana.
Fiksi RemajaSetelah di suguhi deretan kehilangan, Alana diberikan dua pilihan. Tetap bertahan dengan masa lalunya atau mengikhlaskan segalanya kembali pada tempat masing-masing. Ia tidak bisa melawan takdir untuk bersikeras mencintai dia yang lebih di cintai Tu...