***
Alana masih berharap jika kemarin itu hanya sebuah kesalahan yang tidak sengaja ia dengar. Lagipula, memang bukan waktu yang tepat untuk bercanda di situasi seperti ini.
"Ma, katanya om Arnold hari ini mampir ya?" tanyanya. Kedua bibirnya mengatup, seakan belum siap menerima jawaban dari mama.
Mama yang saat itu sedang membereskan piring di meja makan, segera berbalik dan menatap putri pertamanya. Ia tertawa pelan, tawa yang berhasil membuat jantung Alana berdetak lebih kencang dari biasanya.
"Kamu duduk aja dulu di sana, minum dulu abis latihan kan?" ucapnya, yang segera di iyakan dengan perasaan was-was.
"Kamu kenapa sih, Nak? muka mu itu loh udah kaya orang yang lagi tipes."
"Ma," Alana menyela dengan sigap. Ia menaruh gelas di meja dan berbalik mencari sumber suara mama.
"Anaknya om Arnold ini lulusan dari pondok pesantren loh, lagi pula dia temen SD mu juga kan? Emangnya apa yang salah sih? Mama kan cuma mau cariin imam yang terbaik buat kamu."
"Tetep aja, Ma! Mama gak seharusnya jodohin Alana sama Algifari, Alana gak suka."
"Sayang, Alan itu udah pergi dari tiga tahun yang lalu, Nak. Mau gimanapun kamu harus melanjutkan hidup."
"Mama juga yakin, Alan pasti mau liat kamu bahagia lagi, Alan pasti mau liat ada yang jagain kamu, Alan pasti mau liat kamu balik lagi kaya dulu jadi Alana yang ceria kaya dulu lagi."
"Mama kangen banget sama kamu yang dulu, mama kangen keributan kamu dengan adik kamu."
"Mama ngerasa seperti bukan cuma kehilangan anak laki-laki mama, Alan! tapi mama juga kehilangan putri mama, Alana."
"Ma, Alana yang dulu udah gak ada, jiwa Alana udah tenggelam sama Alan yang jasadnya pun hilang tenggelam gak tau di lautan mana."
"Lagian mama salah, Alan gak pernah pergi, Ma! Alan masih kuliah di Makasar! Mama liat kan semua pesan Alan buat Alana? Alan sayang Alana, Alan mau nikahin Alana, Alana ini tujuan akhir Alan, Alan pasti nepatin janjinya buat balik ke Alana. Mama gak usah repot-repot jodohin Alana, Ma! Karena Alana udah punya jodoh sendiri."
"Pleasee,, Maa!! Alana mohon,, mohon banget sama mama. "
"Alana udah hancur, jiwa Alana udah mati, semuanya udah berantakan, tolong Ma! Alana mau hidup sendiri, Alana mau hidup bareng kenangan Alan,"
"Alana mohon sama mama."
"Alana,,,"
"Kalau mama gak mau liat Alana sedih, jangan pernah bikin Alan sedih. Alana gak mau buat Alan sedih karena harus nikahin orang lain."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
After him | Dear Alana.
Fiksi RemajaSetelah di suguhi deretan kehilangan, Alana diberikan dua pilihan. Tetap bertahan dengan masa lalunya atau mengikhlaskan segalanya kembali pada tempat masing-masing. Ia tidak bisa melawan takdir untuk bersikeras mencintai dia yang lebih di cintai Tu...