09

552 34 1
                                    


Aula hotel

Setelah acara pemberkatan Kaira dan juga Azarin usai di gelar dengan suasana khidmat, serta haru. Di sebuah gereja tak jauh dari hotel. Kini kisaran lima puluh orang, yang terdiri dari saudara bahkan kerabat Maxtrim, serta Jingga. Semuanya berkumpul di aula, menikmati hidangan serta berbincang ringan satu sama lain. 

Lagu yang di nyanyikan oleh John Legend - All Of Me juga mendominasi ballroom hotel sore ini.


"Guys kalian mau bertaruh ngga sama gue?"

Marsha bersuara setelah sekian lama mereka berlima berdiri bersebelahan dengan meja yang di penuhi oleh berbagai jenis cemilan dan juga minuman yang berada di sisi kanan ruangan.

"Apa taruhannya?" tanya Sasya tertarik dengan apa yang di usulkan oleh Marsha.

Marsha menyunggingkan senyum menatap keempat saudaranya bergantian. "kalau bocil  tengil ngga turun sampai pagi, masing-masing dari kalian harus bayar gue 100 juta. Gimana?" tanya Marsha mengangkat satu alis ke atas.

Mereka sempat mendengar kabar dari Jingga, tante mereka. Jika sepasang pengantin baru itu kembali ke kamar setelah tiba di hotel paling akhir. Mereka diminta mengganti gaun pengantin menjadi pakaian formal agar selama pesta berlangsung keduanya merasa nyaman. 

"Kalau dia turun bentar lagi?" tanya Leziver setelah berhenti menggoyang gelas kristal berisikan Chardonnay di tangannya.

Manik mata  Marsha bertubrukan dengan Leziver. "hotel gue di slovenia jadi taruhannya."

"Gue ngga ikutan," ucap Winer membuang muka dari Marsha.

"Gue juga," sahut Viola menunjuk Winer yang berdiri bersebelahan dengan Sasya.

Empat pasang mata menoleh ke arah Sasya yang sedang memasukkan kue yang tersaji, di buffet pernikahan ke dalam mulutnya, gadis itu mendadak kikuk saat atensi para saudara sepupunya tertuju ke arahnya.

"Walaupun yang lo pertaruhkan lebih gede dari imbalan, gue juga ngga mau ikutan." setelah ia menelan setengah makanan di dalam mulutnya, Sasya mendorong sisanya dengan minuman di tangannya. "lo kan tahu sepupu kita yang satu itu kek gimana orangnya."

Disisi lain

"Can you get out now?" tanya Azarin menatap para crew WO yang sempat membantu mengangkat gaun pengantin yang mereka kenakan. 

Para WO tersebut menatap rekannya, berbincang secara tersirat sebelum pergi dari sana. "tutup pintu-nya sekalian!" seru Azarin mengingatkan.

"kok mereka kamu suruh pergi bu?" 

Azarin tak menggubris, ia mengangkat gaun yang dikenakan lalu menghampiri Kaira yang berdiri tak jauh darinya. Setibanya di depan Kaira, Azarin berbalik badan lalu memutar kepalanya berusaha menoleh ke belakang.

"Bukain resleting gaunnya dong."

Dengan canggung Kaira menuruti keinginan Azarin, tangannya sempat bergetar saat menurunkan resleting gaun tersebut.

"Udah?" tanya Azarin memastikan.

Kaira mengangguk tanpa suara, Azarin berbalik badan menatap Kaira yang sedang mematung di tempat.

Azarin memegang bahu kiri Kaira, memutar tubuh sang istri agar membelakanginya dengan cekatan jemari Azarin menurunkan resleting gaun milik Kaira.

"Lo bisa buka gaun itu sekarang," ucap Azarin melucuti  gaun pengantin yang ia kenakan. "gue tunggu di kamar mandi."

AZKA :life after marriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang