04

540 40 4
                                    

Hati Azarin  mencelos  karna untuk pertama kalinya. Maxtrim, sang papa meninggikan nada bicara kepadanya.

" Azarin!"

"Aku straight  pa," jawab Azarin dengan nada bergetar.

Maxtrim berkacak pinggang, mata pria paruh baya itu memerah menatap Azarin. "jangan bohong kamu Azarin, papa udah dengar semuanya dari mama!" 

"Cewe itu minta tolong aku buat bantuin dia, agar terhindar dari kejaran seseorang pa."

"Dengan kalian berciuman?" Maxtrim berdiri dihadapan Azarin lalu mengantongi kedua tangan ke dalam saku celana. "papa ngga bisa dengan mudah kamu bodohi Azarin, mending kamu jujur sebelum papa bertindak lebih jauh." 

Azarin mendongak menatap Maxtrim sambil mengangkat jari keudara  membentuk huruf V, " sumpah pa, aku ngga boong. Apa untungnya aku ngebohongin papa." Azarin berdiri dari kursi yang ia tempati, "kalau papa masih ngga percaya sama aku, papa bisa minta orang suruhan papa buat cari tau kebenarannya." 

Maxtrim melakukan eye contact dengan Azarin. Ia menyisir hingga manik terdalam mata biru itu. Nihil Maxtrim tak menemukan kebohongan disana. "baiklah, kali ini papa bakal percaya. Tapi kalau sampai papa tahu kamu bohongi papa, siap-siap kamu bakal papa tendang keluar dari mansion. Biar kamu ngerasain kejamnya dunia luar." 

Perkataan Maxtrim membuat Azarin diam tak bergeming, pria paruh baya itu seolah tak peduli dengan apa yang terjadi. Justru ia  memilih pergi, meninggalkan Azarin di ruangannya sendirian.

Azarin menghempaskan bokong ke kursi di belakangnya, ia masih tak menyangka candaannya akan berbuntut panjang seperti ini. "mustahil nyokap gue tahu sendiri kalau ngga ada yang cepuin semalam," pikir Azarin menyurai rambutnya kebelakang, "gue harus cari orangnya  segera." 

Disinilah Azarin saat ini, duduk di gazebo, dikelilingi oleh ART yang bekerja untuk mansion keluarga Juvenus. Mereka berkumpul disana setelah melihat sebuah pesan dari grup chat yang sengaja Azarin buat beberapa menit lalu. Di grup tersebut, hanya ada kontak seluruh ART mansion termasuk dirinya sebagai admin.

"Kebawah dikit pijitnya." 

Sesuai intruksi Azarin, wanita muda yang sedang bersimpuh di sisi kiri Azarin memindahkan posisi tangannya yang mana, berada pada betis, justru sekarang turun ke pergelangan kaki Azarin.

Retina Azarin menatap satu persatu wajah ART-nya yang memiliki air muka bervariasi. 

"Siapa diantara kalian yang cepuin gue ke mama semalem?"

Hening tak ada satupun dari mereka yang menggubris pertanyaan yang dilontarkan oleh Azarin.

"Kamu boleh gabung dengan mereka. " wanita yang sedang memijit kaki Azarin justru menyudahi aksinya, ia  berdiri lalu melangkah mundur kebelakang, berbaur dengan rekannya yang lain. "ngga ada yang ngaku nih?"

Nayla yang duduk bersebelahan dengan Azarin mencondongkan tubuhnya ke arah gadis itu.

"Lo yakin mereka yang cepu ke nyokap lo? Siapa tahu bukan bagian dari mereka yang melakukan hal itu," ucap Nayla berbicara dengan nada rendah.

"Oke, sehubung ngga ada yang ngaku . Terpaksa bulan ini ngga ada satupun dari kalian yang gajian," suasana taman sontak berubah riuh akan keputusan Azarin tersebut, Azarin mengangkat tangan ke udara berharap suasana kembali kondusif. "barang siapa yang memberitahu saya siapa pelakunya. Maka dia akan mendapat gaji bulanan seperti biasa."

¤¤¤¤

"Sayang bangun nak." 

Bola mata Kaira bergerak di dalam kelopak matanya yang masih tertutup, alam sadar kembali menyapa Kaira, ia merasakan dengan jelas guncangan lokal yang dilakukan oleh Selly di bahunya.

AZKA :life after marriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang