03

611 38 0
                                    

Kaira berusaha mengatur kembali mimik wajahnya. Perlahan ia membuang muka dari Selly , menatap piringnya yang masih menyisakan makanan setengah.

Selly mengulurkan tangan memegang lengan Kaira. "bagaimana sayang? Apa rencana ibu dan sahabat ibu sudah mulai merubah pola pikir kamu tentang menikah?"

Kaira tak bergeming, otaknya tak bisa di ajak berunding detik ini sebab pikirannya penuh dengan hal - hal yang sulit ia cerna.

"Kaira." Selly mengguncang lengan Kaira pelan berharap putrinya bersuara.

"Aku udah selesai makan bu." Kaira mengambil ransel lusuh miliknya yang terletak di sebelah kaki kursi yang ia tempati setelah itu, ia berdiri dan menapakan kaki pergi meninggalkan Selly di meja makan sendirian.

Setelah Kaira menginjakan kaki memasuki ruang tengah, ia menatap dua pintu yang berada bersebelahan dengan sofa. Kaira berhenti di depan pintu pertama, ia memutar knop lalu memberi ruang setengah untuk dirinya masuk ke dalam ruangan berukuran persegi tersebut.

Sesaat setelah ia menutup pintu kamar, Kaira menapakan kaki ke arah sebuah meja yang berhadapan langsung dengan sebuah jendela kecil kamar.

Meja tersebut sebenarnya sudah tak layak lagi disebut sebagai meja belajar, sebab dua kaki meja tersebut dimakan oleh rayap kisaran sejengkal. Namun diberi kertas bekas sebagai ganjalan agar kaki meja tak pincang. Bukan hanya itu, pada permukaan pinggiran meja juga terdapat beberapa lubang sebesar koin lima ratusan.

Kaira duduk di kursi kayu yang berada di sana, ia memasukkan telunjuk pada lubang bulat agar bisa menarik laci keluar.

Tak ada yang istimewa dari isi di dalam laci selain, sebuah kotak hitam bermotif ukiran. Kaira mengambil kotak tersebut lalu meletakkan diatas meja. Sebelum membukanya, terlebih dulu Kaira menghidupkan lampu belajar yang terletak di sudut meja, beralih mengambil pulpen yang berada di kotak pensil.

Setelah semuanya siap, barulah Kaira membuka kotak. Disana terdapat sebuah buku berukuran persegi yang memiliki ketebalan berkisar satu inci, buku tersebut memiliki sampul bermotif kotak - kotak berwarna biru, memiliki gambar teddy bear di bagian tengah sampul. Buku tersebut sangat berarti bagi Kaira, sebab disanalah Kaira mengabadikan setiap moment yang ia alami setiap harinya.

Kaira membuka buku, membalik halaman demi halaman, hingga jemari nya berhenti di halaman buku yang masih kosong. Pulpen ditangan Kaira mulai menari di pojok bagian kanan kertas.

24 Oktober 2023

Cak, tak terlalu banyak yang ingin aku ceritakan hari ini. Semuanya berjalan dengan baik tanpa ada pertumpahan air mata yang disebabkan oleh bapak.

Seperti biasa, ibu menyambutku pulang sekolah dengan senyum hangat andalannya. Namun ada yang berbeda kutangkap dari topik pembicaraan ibu kali ini cak.

Kata ibu, beliau bertemu dengan sahabat lamanya hari ini cak. Ibu bilang, mereka mengobrol tentang banyak hal. Aku turut bahagia mendengar kabar baik tersebut karna selama ini yang kulihat ibu tak pernah memiliki sahabat.

Diakhir pembicaraan ibu, beliau justru menyinggung soal pernikahan. Yaps ibu dan sahabatnya berkeinginan untuk menyatukan anak mereka dalam ikatan pernikahan yang seketika itu langsung aku tolak.

Ingat ngga cak. Waktu itu aku sempat curhat, kalau aku ngga mau keluarga baru dalam ikatan pernikahan? Ngga perlu aku jelasin secara detail. Cak pasti sudah tau penyebabnya bukan? ya, trauma dari sosok yang katanya cinta pertama seorang anak perempuan.

Sempat terjadi perdebatan antara kami di meja makan, perkataan ibu seolah mendesak aku. Agar, kata "mau " segera keluar dari mulutku. Namun pernyataan ibu berikutnya justru, bikin aku spechles cak.

AZKA :life after marriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang