10

463 27 1
                                    


Kaira mengusap kasar air mata yang menetes di pelupuk matanya, sebelum membelah kerumunan pergi lebih awal dari sana. Kaira tak memperdulikan umpatan yang keluar dari mulut murid-murid yang tak sengaja ia tabrak, pikirannya kalut, moment tersebut tak berhenti berputar bagaikan kaset kusut di kepalanya.

Kaira kecewa bercampur sedih terhadap wanita yang beberapa hari lalu mengucap janji suci bersamanya di atas altar, dan di saksikan oleh seluruh keluarga mereka. Ternyata hari ini dengan enteng menerima cinta dari pria lain.

Kaira memutar kepalanya sesaat setelah mendengar suara pintu kamar ditutup oleh Azarin. Ia bangun lalu duduk dan menyandarkan diri pada headboard kasur, Kaira mengambil ponsel miliknya yang tergeletak di atas nakas lalu mencari keberadaan nomor Jingga disana.

Tut…

Kaira mengigit kuku telunjuk kanan sambil menunggu panggilan terhubung, detik berikutnya Kaira bernafas lega mendengar suara Jingga  disebrang sana.

Halo ma, mama lagi ngapain sekarang?

"_"

Ah begitu. Kemaren di Jerman mama sempat bilang sama aku, kalau nantinya aku sama bubu itu bakalan satu sekolah kan ma?

"_"

Aku bisa  masuk sekolah sekarang ngga ma?

"_"

Soalnya hari ini bubu masuk sekolah ma, jadi aku boring tinggal di mansion tanpa bubu ma. Makanya hari ini aku berniat masuk lebih awal dari jadwal yang di sepakati

"_"

Aku udah bilang sama bubu buat libur sekolah hari ini ma, tapi bubu tetap ngotot pengen masuk sekolah sekarang 

"_"

Seulas senyum terbit di bibir Kaira mendengar penuturan Jingga di sebrang sana. "beneran ma? Yaudah kalau gitu aku siap-siap dulu ya ma, see you."

Langkah Kaira berhenti di depan sebuah pintu, ia menyeka sisa air mata di setiap sudut matanya lalu memicingkan mata agar bisa melihat lebih jelas tulisan yang tertera di sana.

"Ruang musik?"

Otak Kaira menuntun kakinya untuk melangkah mendekati pintu, setibanya di depan pintu tangannya terulur memegang knop, Kaira menyembulkan kepala setelah mendorong daun pintu yang ia beri ruang setengahnya.

Kaira berdecak kagum melihat benda-benda yang berada di dalam ruangan, namun retina Kaira berhenti pada sebuah tas biola yang mana posisinya berada bersebelahan dengan lemari yang terisi oleh alat musik berukuran kecil.

Kaira menapakan kaki ke arah biola sesaat setelah ia menutup pintu ruangan, setiba di hadapan alat musik tersebut Kaira berjongkok lalu merebahkan benda tersebut  ke lantai.

Kaira mengambil biola, chinrest beserta bow yang akan ia gunakan nantinya di dalam tas biola lalu kembali berdiri seperti sedia kala.

Kaira memasang  chinrest di tangannya pada bagian ujung tailpiece lalu menyetel tuning pegs dan bersiap-siap memainkan alat musik tersebut.

Should've said no, milik taylor swift. Terdengar indah di bawakan oleh Kaira menggunakan biola di tangannya, gadis itu memejamkan mata menikmati melodi lagu yang kian lama kian tergesa-gesa ia mainkan.

Tanpa ia sadari rupanya pintu ruangan terbuka secara otomatis dari luar, Azarin masuk ke dalam ruangan lalu menguncinya dari dalam, ia menyilangkan tangan di depan dada menatap Kaira yang masih larut dalam permainan biola-nya. 

AZKA :life after marriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang