Senyuman itu membuatnya menangis seketika meradang. Kepalanya tak sanggup tegak. Jatuh bersama air matanya, ia tersedu-sedu. Suaranya pecah, tangisnya berhamburan tertawan angin. Sayup rintihan suara patah hatinya bersembunyi di balik setiap suara isakannya.
“Hyung!” Ia meraung, sesegukan sambil menutup kedua matanya dengan lengan kanannya. “Jangan lihat aku!”
“Jangan melihatku seperti ini! Aku menyedihkan!”
“Aku di sini.”
Ia tak mampu menyembunyikan semua kesedihan dan kekecewaan dalam hatinya. Menyembul, membuat wajahnya kalut, tenggelam dalam tangisnya yang begitu payah.
Tangan itu, menyeka kelopak mata juga pipi persiknya yang terasa dingin. Ia menarik keningnya ke bahu.
“Menangislah. Bukankan menangis bersama seseorang yang kita kenal jauh lebih tenang?”
Sunoo semakin tak kuasa menahan tangisnya. Ia menangis memecah suara serangga malam. Langit yang gulita menjadi pelita yang remang-remang membuat kepalanya terasa begitu sesak beragam ungkapan emosi.
Ia ingin marah. Namun, keberadaannya yang tak disangkakan membuat Sunoo merasa jauh dari kata baik. Ia ingin melepas jiwanya.
Sunoo mendongak, mendapati manik mata yang selama ini ia lihat sama-sama berpandangan kepadanya. Air mata kembali merinai.
“Jika aku hanya membuatmu menangis, aku akan pergi!” Ia berbisik.
“Andwae, andwaeyo,” katanya. “Aku menangis karena kesal, marah, aku marah, aku merasa ingin marah, tapi aku tak bisa.”
“Hemm, karena kau Kim Sunoo.”
Ia kembali menarik keningnya bersandar di bahu, sementara lutut keduanya saling berhadapan.
Aroma tubuhnya selalu sama. Di antara keringat nan panas dan aroma es yang dingin.
“Kenapa kau masih berkeliaran? Kau meninggalkan gelanggang, tapi kau berkeliaran. Kau tak ingin memberiku ucapan selamat?”
Sunoo menatap lagi, ia pun berdiri ketika tangannya ditarik. Keduanya saling berhadapan. Sunoo memalingkan wajahnya. Untuk beberapa saat, rasa hampa dan nyaris gila itu datang menyapa.
Ia selalu berharap, jika orang itu Jay. Dalam beberapa waktu lalu, ia benar-benar berharap jika orang itu Jay. Jay. Jay. Bukan orang lain sekalipun familiar.
“Kenapa kau masih diluar di jam segini?” Sunghoon, laki-laki itu menatap kesal.
“Hanya sedang jalan-jalan.” Sunoo memalingkan wajahnya yang memerah masak.
Sunghoon menarik bahu Sunoo, ia menatap kesal sambil menautkan alisnya yang tebal. Sunghoon mendesis ketus. “Kau keluyuran untuk mencari Jay?” todongnya.
“Tidak.“
“Selama beberapa waktu, sejak Jay tak hadir lagi-lagi sikapmu, gelisahmu yang selalu tergambar di wajahmu, aku tau itu! Kau mencari Jay.”
“Jangan sebutkan namanya!” bentak Sunoo sambil kembali menitikan air matanya. “Aku tak ingin mendengar apa pun. Jangan katakan apa pun.”
Sunghoon mengalungkan medali emas yang ia keluarkan dari jaketnya ke leher Sunoo. Ia juga menyorotkan kesemek kering pada Sunoo sambil tersenyum dengan tatapan sendu yang pilu.
“Aku sudah berjanji pada ibumu, aku tak akan mengecewakannya sebagai teman berlatih. Untukmu! Aku menari di atas es untukmu.”
Sunghoon memeluk Sunoo begitu erat. Laki-laki dengan pipi persik yang semakin kemerahan itu meremas kesemek kering di tangannya, kesal. Sunoo merasa telah berlaku egois. Padahal Sunghoon tak pernah mengecewakannya. Namun, hatinya bertaut pada yang lain. Pada seseorang yang rimbanya tak ia ketahui.
KAMU SEDANG MEMBACA
INCOGNITO | SunJay FF | [END✔]
FanfictionEND Book 2 - IGNITE SUNJAY FF (END) BLURB : Jika itu adalah berjuang sendirian. Mungkin Sunoo orangnya. Namun, ia tetap percaya kalau satu dari setiap doa yang dipanjatkan pada Dewa akan terkabul pada akhirnya. "Aku di sini." "Aku tak ingin kehi...