Langkahnya bergerak lincah mengikis permukaan es, menerbangkan serpihan salju putih yang halus. Musik menggema, mengiring bagaimana ia menari dengan indah di tengah es.
Sorak sorai menggetarkan hati semua penonton. Dimanjakan kemesraan di antara romansa dan pertarungan memperebutkan emas juga titel atlet terbaik musim semi ini.
Park Sunghoon, menjadi atlet paling hangat di antara para peserta turnamen musim semi ini. Chemistry yang terbangun begitu lekat. Antara tariannya dan musik yang berputar sebagai backsound. Bagaimana kedua matanya bicara, dan berdansa membuat siapa saja mabuk pesona atlet dengan wajah bak pangeran dongeng tersebut.
“Hyung … hwaiting! Hyung … hallsuisseoyo!”
“Yya, Sunghoona … kau pasti bisa!”
Sunoo dan Jay berdiri di sisi pembatas lapangan es dan bangku penonton sambil melambaikan tangan juga bendera bergambar wajah Sunghoon.
Irama musik semakin cepat memacu setiap gerakan kaki keduanya. Sunghoon berputar di udara lalu menekuk tubuhnya sebelum berputar dan berdiri menyambut tangan Sunghoon setelah laki-laki itu berputar dengan anggun. Ia memegangi kakinya yang terlipat ke belakang, sambil berputar dengan cepat.
Ia silih bertukar pandang dengan para pendukungnya, saling berdialog lewat senyum tipis-tipis yang ada sambil berdansa. Sunghoon menarik dirinya, berputar ke belakang lalu membuka lebar kedua tangannya, juga kaki kanannya. Berlarian di atas es dengan luwes. Sesekali melakukan beberapa putaran kecil.
Kedua kakinya saling melengkapi gerakan satu sama lainnya. Berputar bersama sambil memegangi tangan, berputar dengan tubuh menekuk sempurna sebelum kembali saling medekap lengan satu sama lainnya sebagai pose akhir.
Sorak sorai kembali terdengar bergemuruh membuat Sunghoon gugup bukan main. Napasnya seakan habis, tetapi ia dengan setia memegangi tangannya yang terasa dingin sebab gugup.
“Emm, Pingu selalu bekerja dengan keras!” Ia berbisik sambil memungut bunga mawar di bawah kakinya. “Untukmu.”
Sunghoon menarik napasnya dalam-dalam, ia tersenyum sebelum akhirnya mengangguk lembut.
“Terima kasih, Pelatih Hwang!” katanya sambil berjalan ke arah Sunoo dan Jay. Sunghoon memiringkan kepalanya ketika Sunoo tersenyum lebar.
“Kenapa kau tersenyum?” todong laki-laki itu.
“Aku merasa terkesan dengan pertandinganmu, kuharap kau memenangkan medali emas!” kata Sunoo.
“Kedatangan juga dukunganmu dan orang tuamu sudah jadi kemenangan untukku,” jawab Sunghoon.
“Aku bangga pada si pecandu rokok ini. Paru-parunya benar-benar hebat, bisa berlarian di atas es tanpa ngos-ngosan!” Jay menatap celih.
“Sudah kukatakan aku tampil dengan tubuhku bukan paru-paruku, Tuan Amerika!” jawab Sunghoon nyengir ketus.
“Hoon, kemarilah!” Pelatih Hwang, pria bertubuh agak tambun itu memanggilnya.
“Dah, sampai bertemu nanti, aku akan mentraktirmu, Sun, jika aku memenangkan emasnya. Untuk kau, Jay, bayarlah makananmu sendiri!” Sunghoon melirik picik.
“Yah, aku akan beli sekalian dengan meja makannya!” balas Jay agaknya merajuk.
Sunoo menoleh pada Jay sambil tersenyum. “Kalian benaran seperti sepasang kakek dan nenek!” seloroh Sunoo membuat Jay memukul kepalanya sambil merangkul.
“Cucu nakal!” pekik Jay dengan tiruan suara kakek-kakeknya.
*
Sunghoon berjalan di bawah langit yang begitu indah. Tangannya memegangi tangan lainnya yang terasa hangat. Ia menoleh dengan senyuman yang manis nan lebar.
“Hei, Jung Y/n, apa kau gugup, Nona?” tanya Sunghoon menautkan alis tebalnya. “Tanganmu gemetar.”
“Bagaimana tidak, ini tangan Sunghoon, Park Sunghoon.”
“Bersamamu aku hanya Sunghoney,” katanya. Gadis itu hanya menyembunyikan wajah merahnya. “Ne, Chagiya … bersamamu aku hanya orang biasa, jadi tak perlu gugup. Karena aku milikmu.”
Ia menatap wajah Sunghoon yang bersinar, kedua manik matanya berbinar membuat dada bergemuruh.
Sunghoon mendekatkannya keningnya ke kening gadis itu. “Di duniaku bersamamu, aku hanya ingin menikmatinya seorang diri. Aku bersamamu, sebagai diriku, jadi tetaplah demikian. Aku hanya manusia biasa, untuk gadis paling cantik yanh pernah kutemui, gadis yang terus mendukungku, gadis yang membuatku selalu berdebar karena senyumannya. Gadis yang membuat setiap tarianku selalu terasa sempurna. Kau … alasanku untuk tetap menari. Saranghae, y/n.”
Ne, tetaplah melangkah, karena kau tak pernah tau di jalan mana kau akan bertemu dengan seseorang yang akan menemanimu sampai di tujuanmu. Ne, jadilah rumahku, rumah untuk tarianku, rumah untukku, juga rumah untuk masa depanku.
🐶
Publikasi 14 Mei 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
INCOGNITO | SunJay FF | [END✔]
FanfictionEND Book 2 - IGNITE SUNJAY FF (END) BLURB : Jika itu adalah berjuang sendirian. Mungkin Sunoo orangnya. Namun, ia tetap percaya kalau satu dari setiap doa yang dipanjatkan pada Dewa akan terkabul pada akhirnya. "Aku di sini." "Aku tak ingin kehi...