Suara gemuruh benda jatuh membuat tubuh kecilnya terkejut, ia bahkan menjatuhkan boneka rubah di tangannya. Ia mengendap-endap ke arah tirai, lalu membukanya perlahan. Mata cokelatnya yang sendu berpendar.
Seorang anak laki-laki tampak terduduk bersimbah luka di wajahnya sambil menangis. Berteriak histeris memanggil seseorang. Orang asing. Orang asing yang membuat hatinya bergemuruh tanpa aba-aba.
Sembari memegangi tirai ia ketakutan seraya berteriak, "Eomma, ada seseorang di halaman. Eomma!"
"Sunoo-ya, ada apa?"
"Eomma, ada seseorang terluka di sana!" Ia bersembunyi di balik tubuh ibunya.
"Sunoo-ya, kamu tidak boleh ke mana-mana, ya. Eomma akan memeriksanya. Jika sesuatu terjadi pada Eomma, kau harus telepon Ayah! Teruslah berdiri di sini dan pastikan matamu terbuka untuk Eomma!"
Ia mengangguk. Sunoo kecil menatap begitu sendu, ia melepaskan tangan sang ibu dengan lembut. "Eomma, hati-hati, ya!"
Matanya tertuju pada anak kecil di sana. Ia pikir mungkin anak itu satu atau dua tahun lebih tua darinya. Terlihat sang ibu memeluk anak itu sambil mengusap wajahnya yang penuh luka. Keduanya tampak bercakap-cakap sebelum anakk itu menangis lebih parau dan membuat sang ibu kembali bercakap. Sunoo dapat melihat anak laki-laki itu seakan berargumen dengan sang ibu. Ia menangis, memukul kepalanya sendiri lalu ketakutan. Sunoo samar-samar membaca gerak bibir sang ibu ketika wanita itu mengajaknya berteduh dan mengobati lukanya.
Ah, apa dia akan masuk? Apa dia akan melihatku? Ah, apa kami bisa bicara seperti seorang teman? Sunoo mengerutkan wajahnya sambil memegangi tirai dengan erat. Ia masih setia memandang di kejauhan sampai akhirnya Sunoo sedikit terkejut, tatkala ibunya menggendong anak itu berlari ke dalam rumah.
"Sunoo-ya! Sunoo-ya! Sunoo-ya, bawakan Eomma handuk, dan pinjamkan bajumu sayangku!" Wanita itu terlihat khawatir.
Sunoo kecil berlari ke dalam kamarnya, kakinya tunggang langgang sempoyongan sambil membawa dua potong pakaian dari sana. Ia tampak berkeringat, wajahnya pun memerah.
"Eomma, apa ini benar?" tanyanya. Mulut kecil itu tampak begitu kelelahan.
"Benar, Sayang. Satu lagi Eomma minta tolong, apa Sunoo bisa membuatkan susu untuk Jong Seong hyung?"
Matanya membelalak, hyung ... ah, aku akan punya teman dan kakak sekaligus. Kepalanya mengangguk antusias, kaki kecilnya berlari ke arah dapur.
*
Sunoo duduk di dekatnya dengan posisi duduk bak sinden. Telapak tangan memeluk lututnya yang gemetar lemas, karena untuk pertama kalinya ia mendapati ada orang asing duduk di rumah dan duduk di dekatnya.
"Tunggu sebentar, ya, Jong Seong, Bibi akan menghubungi ayahnya Sunoo siapa tau dia mengenali Paman Kim yang kau cari!" katanya. "Minumlah susu cokelatnya selagi hangat."
"Sunoo juga, terima kasih telah menolong Eomma. Duduk dan temani Jong Seong hyung."
Ia hanya mengangguk kecil. Wanita itu beranjak dari tempatnya duduk. Sunoo kecil semakin memeluk lututnya yang gemetar hebat.
"Siapa namamu?" tanya Jay kecil sambil memandang saksama.
"Sunoo!" jawabnya gugup.
"Ah, Ddeonu."
"Sunoo! So-nuu!"
"Ddeonu." Ia cengengesan. "Lebih cocok denganmu karena kau lucu." Ia tersenyum kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
INCOGNITO | SunJay FF | [END✔]
FanficEND Book 2 - IGNITE SUNJAY FF (END) BLURB : Jika itu adalah berjuang sendirian. Mungkin Sunoo orangnya. Namun, ia tetap percaya kalau satu dari setiap doa yang dipanjatkan pada Dewa akan terkabul pada akhirnya. "Aku di sini." "Aku tak ingin kehi...