Sunghoon menyesap rokok di tangannya, ditemani sebotol soju di dekat tempatnya duduk bersantai. Kim Tae Ri, wanita itu memeluk lututnya sambil menatap Sunghoon sesekali.
“Kau benar-benar akan meninggalkan toko?” tanya wanita itu.
“Kenapa memangnya? Bibi merasa takut Sunoo tidak ada yang menjaga?” jawab Sunghoon dengan tatapan ketus.
“Tidak, tidak begitu. Bibi hanya takut Sunoo kesepian. Kalian selalu bersama sejak kecil.” Wanita itu menenggelamkan kepalanya di antara lengannya juga lututnya.
“Apa di antara kalian sebagai orang tua tidak ada yang mau mengalah?” desisnya. “Kenapa tidak ada yang berani datang dan mengatakan hal yang sebenarnya. Belasan tahun berlalu apakah tak akan pernah ada pintu maaf?”
Sunghoon meneguk sojunya. “Bahkan Dewa memaafkan dosa seorang pemabuk.”
“Bibi takut kalau dia benar-benar memenggal kepala Paman,” katanya sambil berlinang air mata.
“Itu yang Bibi takutkan.” Sunghoon bersikukuh. “Aku juga … dulu aku selalu takut tergelincir di atas es, aku melihatmu Ratu Figure Skating yang cantik dan tak pernah membuat kesalahan. Aku mencobanya satu dua langkah, gagal. Dan aku terus mencobanya hingga aku memelukmu, menjadi murid pertamamu di Shinefate. Untuk apa? Hanya untuk kau lihat.”
Ia menatap dengan penuh kesakitan, kekecewaan di antara pelupuk matanya membuat Sunghoon memalingkan wajah.
“Itu mungkin bagian dari takdir. Rasa sakitku hilang karena Sunoo. Jika bukan karenanya apakah kau akan melihatku?” tanyanya dengan suara tegas. “Jika bukan Sunoo, apakah kau akan melihatku?”
“Bibi rasa tidak.”
“Itu jawabannya. Jika bukan kau dan Paman, Tuan Kim mungkin tak akan pernah melihat Sunoo. Datang dan katakan padanya kalau kalian benar-benar hidup bahagia.”
“Hoon ….” Wanita itu memegangi tangan Sunghoon dengan gemetaran.
“Aku melakukan ini untuk Sunoo.” Ia menatap. “Dulu, saat itu aku berusia tiga atau empat tahun, aku melihatmu menari di atas es dan itu membuat hatiku bergemuruh. Aku ingin turut menari sepertimu.”
“Aku selalu membuat lantai di rumah licin dan Ayah Hong marah karena minyak di dapur habis. Tapi aku tidak peduli. Aku ingin seperti dirimu. Aku juga tidak peduli meski Eun-Chae saat itu masih merangkak. Aku hanya peduli pada mimpiku ingin sepertimu. Menari seindah dirimu.”
“Lalu … aku melihat beritanya. Seperti mimpi buruk kurasa. Aku bahkan tak melihat senyumanmu seperti biasanya. Aku kehilangan bintang yang membuatku semangat hidup. Aku hilangan seseorang yang selalu menjadi sandaranku untuk mendapatkan perhatian Ayah Hong. Kau hilang dengan kabar kalau kau berkencan dan mengandung anak dari seorang Kim DongSan. Kau hilang bersama berita yang terus membara itu. Kau benar-benar hilang.”
“Aku menggila, aku menggila, aku terus menangis sepanjang hari di depan televisi hanya untuk menunggu seorang Kim Tae Ri. Ayah Park datang padaku, katanya dia melatih anak-anak balita menari balet. Aku ingin pergi ke sana. Sayangnya, Ayah Hong tak pernah mengizinkannya. Ia mengatakan kalau itu bukan urusannya. Aku bukan anaknya, jadi untuk apa dia menyekolahkan aku di Shinefate sekalipun Ayah Park mendukung. Aku selalu berlatih dengan pelatih Hwang yang galaknya seperti anjing gila. Aku menangis untuk itu. Tapi mimpiku tak pernah hilang. Aku selalu ingin menari di atas es sepertimu.”
Kim Tae Ri menangis sesegukan, sementara Sunghoon dengan wajah datarnya mencumbui wajah langit yang semakin gelap bersama bintang-bintang kecil yang berkedip-kedip.
“Dan takdir itu terus mempermainkan perannya. Aku bertemu Sunoo, anak kecil menyedihkan yang malang terkapar di taman diselimuti angin dingin dan daun-daun kering. Anak kecil menyedihkan yang penuh luka di kaki juga wajahnya. Kupikir dia hanya anjing kecil yang terlepas dari majikannya. Ternyata dia anak seorang Kim Tae Ri yang selama ini pergi.”
KAMU SEDANG MEMBACA
INCOGNITO | SunJay FF | [END✔]
FanficEND Book 2 - IGNITE SUNJAY FF (END) BLURB : Jika itu adalah berjuang sendirian. Mungkin Sunoo orangnya. Namun, ia tetap percaya kalau satu dari setiap doa yang dipanjatkan pada Dewa akan terkabul pada akhirnya. "Aku di sini." "Aku tak ingin kehi...