Tak ada yang lain dalam pikirannya selain memberi kabar kalau Jay kini berbaring di ranjang salah satu rumah sakit. Heeseung memegangi tangan Paman Park, ayah Jay. Anak laki-laki itu menatap dengan sendu.
“Samchon, jika Jong Seong bangun lagi mohon jangan sakiti dia. Dia pasti ingin hidup dengan bahagia.”
“Seung-i, apa Paman pernah menyakitinya?” tanya pria itu menatap jenuh. Aroma mulutnya yang senantiasa bau soju membuat Heeseung menunduk.
“Tapi Paman memukulnya malam itu!”
“Paman menghajarnya karena dia pergi saat ibunya mati. Harusnya dia tetap tinggal atau minimal datanglah pada Paman bukan pada orang lain. Meskipun Paman ini manusia bejad, Paman tetap bertanggung jawab atas dirinya juga ibunya.”
“Jong Seong mungkin bingung.”
“Meskipun begitu, Paman tetap berharap dia di sana. Bahkan ketika Paman mati, meskipun Jong Seong membenci Paman, Paman ingin melihatnya. Paman ingin mati sambil memeluknya.”
*
Hari berganti waktu, bumi berputar selalu, rasa sakit itu semakin membeku. Dari tahun ke tahun amarahnya seperti orang sinting. Seperti anjin gila tanpa rumah sementara Jay kecil hanyalah segulung benang kapas yang tak bisa dipintal. Layaknya tak pernah ada harapan untuk ia hidup lebih baik. Heeseung hanya bisa berdiri dari kejauhan setiap kali Jay kecil—Jong Seong malang menangis, berteriak gaduh kesakitan saat Paman Park memukuli. Heeseung tak bisa pergi, karena kedai Eomma juga akan terkena imbasnya.
Heeseung memasuki rumahnya, tampak seorang anak laki-laki mungkin seusia tujuh tahun atau lebih muda darinya ataupun Jay tengah berjongkok di dekat gerabah doenjang.
Heeseung menatapnya dari kejauhan. Matanya cokelat indah, kulitnya seputih susu dibalut mantel berwarna moka.
“Siapa kau?” tanyanya. “Kenapa kau ada di rumahku?” Heeseung berdiri ketus.
“Apa kau kenal dengan Jong Seong hyung? Eomma bilang keluarga Lee sangat telah merawatnya.”
“Siapa kau?”
“Apa kau mengenalnya?!”
“Ikutlah!” ajak Heeseung berlari keluar dari halaman yang dibuntuti Sunoo, kedua anak itu merangkak melalui pagar bawah yang tidak terlalu tinggi tidak juga rendah. “Ikutlah!”
Kaki kecil Sunoo mengikuti meskipun anak laki-laki di depannya berlari begitu kencang nyaris tidak tersusul. Ia tetap berusaha mengejarnya sampai di depan sebuah rumah dengan pohon apel tua yang sudah gundul.
“Di sana. Pergilah ke sana jika kau ingin melihatnya. Mungkin dia merindukanmu!” Heeseung menatap dengan saksama. “Kau pasti anak dari rumah keluarga Kim? Kuharap ayahmu segera menemukan Paman Kim, ayahnya Chaewon.”
Sunoo kecil mendekat, ia mengusap lembut pusat kepala Jay yang menunduk ke arah kakinya di tanah. Sunoo ikut berjongkok.
“Hyungeun, apa hyungeun masih ingat aku?” bisik Sunoo dengan suara lembut.
Jay mendongak, pupilnya gemetar, menyendu lagi pilu. Ia menggelengkan kepalanya. “Siapa kau?”
KAMU SEDANG MEMBACA
INCOGNITO | SunJay FF | [END✔]
FanfictionEND Book 2 - IGNITE SUNJAY FF (END) BLURB : Jika itu adalah berjuang sendirian. Mungkin Sunoo orangnya. Namun, ia tetap percaya kalau satu dari setiap doa yang dipanjatkan pada Dewa akan terkabul pada akhirnya. "Aku di sini." "Aku tak ingin kehi...