Sunoo masih tertidur pulas, melihat itu Jay hanya bisa tersenyum. Selepas beberapa waktu lalu ia bertemu dengan kedua orang tua Sunoo lagi setelah sekian lama dan turut mampir ke rumah baru laki-laki itu di salah satu permukiman cukup kecil dan tidak terlalu terekspos—lebih jauh dari rumahnya di dua belas tahun silam. Jay merasa jauh lebih tenang untuk menghabiskan waktu dengan Sunoo meski hanya sekadar minum bersama.
Jay berjongkok di sisi ranjang, ia menyentuh kening Sunoo dengan telunjuknya, ia juga menyentuh pipi laki-laki itu dengan lembut. Sesekali Jay mengusap alis mata Sunoo dan terkikik tanpa suara.
“Tidurlah, kata Hoon hari ini Jihoon yang akan jaga toko. Hari ini aku akan mengajakmu pergi keliling kota!” bisiknya.
Sunoo mengerang, sambil menyeruput kembali ilernya yang nyaris melintasi pipinya. Hal itu membuat Jay kembali terkikik.
“Anak manis,” katanya sambil bangkit, tak lupa ia membelai pusat kepala Sunoo dan memperbaiki selimut yang menutupi tubuh laki-laki tersebut.
Jay melangkah keluar kamar, tampak Jake sedang menyiapkan sarapan. Jay duduk di bar sambil membantunya mengelap piring dan gelas.
“Bagaimana acaranya?” tanya Jay pada Jake yang seketika membuat pipi laki-laki itu memerah malu.
“Tidak terlalu bagus, tapi gadis yang kusuka cukup menyukainya.” Jake menjawab dengan suara lembut, sedikit tawa di baliknya sebab malu-malu.
“Jadi, kalian kencan?” Jay menatap saksama.
“Tidak. Kami hanya makan malam bersama.”
“Aku senang dengan senyuman di bibirmu, kuharap kau bisa menampilkan hal yang lebih baik lagi. Semoga gadis itu berubah pikiran.”
“Aku juga berpikiran sama denganmu,” ucapnya sambil tertawa renyah. “Oh, iya, suratnya akan kau kirim atau aku yang kirim?”
“Karena Paman Jun Hui meminjami aku mobil, aku akan antar sendiri. Kau tidak perlu bekerja keras, lagi pula untuk saat ini aku tidak terlalu sibuk.”
Jake membalik telur dadar dengan cekatan, ia menatap pada Jay yang tersenyum tipis. “Aku merasa berterima kasih dan bersyukur. Jadi, tak ada alasan untuk santai!” katanya.
“Kau boleh tinggal di sini sampai kapan pun, aku menyimpan uangku untuk apartemen ini selama sepuluh tahun ke depan. Jadi, jangan khawatir.”
“Kau benar-benar akan tinggal di Korea rupanya, Tuan Amerika.”
“Bahkan jika aku akhirnya pindah rumah, aku akan senang hati kalau kau tetap tinggal di sini untuk menemani aku!”
“Tentu!” Keduanya tertawa bersama.
Sunoo setengah sadar, masih mengantuk sambil jalan terhuyung-huyung. Melihat itu Jay lekas mendekatinya, ia mengendong Sunoo ke dapur untuk duduk di bar.
“Kenapa Hyung menggendong aku? Padahal dari kamar ke dapur hanya beberapa langkah?” katanya ketika mendarat di kursi.
“Kau masih terkantuk-kantuk begitu, bagaimana jika jatuh dan terpentok lantai atau meja atau apalah. Hoon akan marah padaku!”
“Sejak semalam Jay bolak-balik mengecek keadaanmu, memastikan kalau kau tidur nyenyak, sampai dia tidak tidur,” seloroh Jake ketika menyanyikan secangkir teh pada Sunoo.
Sunoo menoleh sedang yang dibicarakannya hanya pura-pura tidak mendengar dengan sibuk mencamil roti panggang.
“Jay benar-benar berjongkok di depan ranjang sambil memandang wajahmu.”
“Sim, Sunoo bisa risi mendengar candaanmu. Lagi pula aku hanya memastikan kalau Sunoo tidak demam, semalam dia makan es krim tiga cup besar.” Pipi Jay memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
INCOGNITO | SunJay FF | [END✔]
FanfictionEND Book 2 - IGNITE SUNJAY FF (END) BLURB : Jika itu adalah berjuang sendirian. Mungkin Sunoo orangnya. Namun, ia tetap percaya kalau satu dari setiap doa yang dipanjatkan pada Dewa akan terkabul pada akhirnya. "Aku di sini." "Aku tak ingin kehi...