Damian mengusap keringat yang membasahi pelipis Kimberly dengan tangannya. "Sudahlah Kim, nanti luka mu di obati ya, aku akan panggilkan dokter"
"Baik. Terimakasih kak, aku merasa lebih baik sekarang!" Kimberly bangkit dari duduknya yang di ikuti oleh Damian.
Damian menepuk pelan bahu kiri gadis itu dan berkata. "Kau adik yang kuat Kim, aku bangga pada mu"
Senyuman terukir di wajah gadis itu. "Kau kakak terbaik ku!"
Damian meletakkan senjata api laras panjangnya, lalu memeluk erat adik sepupunya itu. Kimberly pun kembali memeluk Damian kehangatan pun seketika tejadi.
Queen yang melihat hal itu sontak saja terharu, refleks ia sedikit menetes kan air matanya. Dan entah mengapa tiba-tiba ia akan teringat sesuatu yang sama seperti yang terjadi dihadapan nya saat ini.
"Kau menangis Queen?" celetuk Jesslyn sambil menatap wajah temannya itu.
Seketika Damian dan Kimberly melepaskan pelukan mereka, kini mereka menatap Queen secara seksama.
"Apa aku? Aku tidak menangis!" bantah Queen mengusap air matanya.
Seketika semuanya terkekeh pelan melihat tingkah laku Queen, namun berbeda dengan Jayden yang hanya bisa terdiam tanpa suara setelah melihat apa yang baru saja ia lihat.
Merasa ada yang memperhatikan, dengan cepat Kimberly menoleh ke arah pintu dan ia mendapati Jayden di sana sedang menatap ke arah nya.
"Kim, aku akan membantu anak buah ku dulu ya!" Damian melenggang pergi dan ikut membantu.
"Baiklah, silahkan!"
Setelah melihat Damian pergi, baru lah Kimberly menghampiri Jayden yang tengah terdiam terpaku di ambang pintu.
"Kenapa kau disini?" ucap Kimberly namun tidak ada respon dari pria itu.
"Jayden? Hey!" lanjut nya.
"Hah? Ya apa?" Jayden tersadar dari lamunan nya dengan cepat ia mengubah ekspresi wajahnya.
"Tunggu! Bahu mu kenapa?" lanjut pria itu karena ia melihat jika gadis di hadapan nya ini terus memegang bahu kanannya.
"Tertembak!" singkat namun cukup membuat Jayden terkejut.
"Apa?" Jayden terlonjak mendengar perkataan itu. "Siapa yang melakukan nya?"
"Hey! Kalian jangan diam saja, cepat bantu kami!" pekik Queen begitu menggelegar ke sudut ruangan.
"Kalian bantu mereka, aku akan membicarakan sesuatu dulu dengan Kim." Tanpa pikir panjang rekan-rekan nya pun masuk ke ruangan dan ikut membantu.
Tiba-tiba tanpa permisi Damian sudah berada di samping Kimberly, hal itu membuatnya terkejut.
"Aku sudah selesai dan...," Damian menggantungkan ucapannya.
"Siapa dia?" lanjutnya sambil menoleh ke wajah Kimberly dan Jayden secara bergantian.
"Hanya te—"
"Kekasihnya!" Jayden memotong ucapan Kimberly dengan cepat.
Mendengar perkataan itu membuat kedua mata Kimberly membelalak, ia begitu terkejut di saat Jayden tiba-tiba berbicara seperti itu.
"Yang benar saja Kim, kau tidak mengatakannya pada ku!" ucap Damian gembira dan kembali memeluk gadis itu.
"Astaga, selamat ya Kim aku ikut senang mendengarnya" Damian melepaskan pelukan nya. "Baiklah, semoga hubungan kalian berjalan dengan lancar tidak ada hambatan, kalo begitu aku permisi"
"Ya, hati-hati kak!" ucap Kimberly melambaikan tangan sambil tersenyum simpul.
"Kenapa kau bi—"
"Oh ya Kim, tiga puluh menit lagi dokter akan datang dan memeriksa kondisi mu!" celetuk Damian muncul kembali dari balik tembok lalu menghilang lagi.
Kimberly memberikan setengah senyuman pada Damian, lalu tidak lama senyuman itu pun pudar.
"Kenapa kau bilang kalau kau itu kekasih ku, hah?!" Muka Kimberly merah padam disertai keringat yang terus bercucuran.
"Memangnya tidak ada lagi jawaban selain itu?!" lanjut Kimberly kesal.
"Tidak" Kimberly rolling eyes lalu ia berjalan menghampiri teman-temannya dan tidak memperdulikan Jayden.
Jayden menghela nafas panjang dan mengikuti langkah gadis itu.
"Apa sudah selesai?" tanya Kimberly melihat semuanya sedang sibuk.
"Sudah" jawab salah satu anggota polisi.
"Oh ya nona, ini ada sebuah flashdisk, catat kecil, secarih kertas dan kartu identitas" lanjut polisi itu memberikan semua barang tersebut pada Kimberly.
Kimberly menerimanya dan hal pertama yang ia lihat adalah sebuah flashdisk.
"Flashdisk siapa itu Kim?" Jesslyn berjalan mendekati Kimberly begitu pun dengan yang lain nya.
Kimberly nampak membolah balik kan flashdisk itu dengan teliti ia terus memperhatikan benda tersebut, tidak lama kemudian ia menemukan sebuah tulisan di sana.
"De'jackson?" gumam Kimberly, lalu menatap Vania.
"Itu milik ayah mu!" sambung Vania sambil menatap teman-teman nya secara bergantian.
"Aku simpan ini dan nanti kita cari tau" Kimberly memasukkan benda itu ke dalan sakunya.
"Baiklah nona, semuanya sudah beres di sini, kami permisi!" ucap polisi itu sambil membawa beberapa barang bukti lainnya.
"Tunggu!" celetuk Kimberly berlari kecil menghampiri polisi itu.
"Ada apa nona?"
"Mungkin kapten kalian akan membutuhkan kartu identitas ini dan juga secarih kertas ini" Kimberly memberikan kedua benda tersebut.
"Baiklah nona, kalo begitu kami permisi dulu!" para polisi itu pun pergi begitu juga dengan Kimberly dan yang lainnya.
"Entah apa yang sedang terjadi pada perusahaan ayah ku, tapi aku akan segera mengetahuinya" - batin Kimberly.
*To Be Continue....
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimberly (Revisi)
Подростковая литература[SEDANG PROSES REVISI] Kira-kira bagaimana jadinya ya jika seorang gadis menjadi ketua gengmotor? Apakah orang-orang akan sungkan? Atau malah meremehkan si gadis satu ini? Cerita ini menceritakan tentang kehidupan seorang gadis ketua gengmotor yang...