Bab 2 (Dua Matahari)

18 7 0
                                    

Surat telah sampai ke Kerajaan Valley, tetapi Raja Diego tidak mengindahkan apa yang tertulis di dalam surat tersebut.

Ah, surat dari Rodrigo. Sepertinya dia marah dan cemas. Valha yang lemah dan hancur oleh bencana alam, kini menjadi target sempurna untuk ambisiku. Aku akan mengambil alih Kerajaan Valha dan menambahkannya ke dalam kekuasaanku. Sumber daya alam mereka, posisi strategis mereka, semuanya akan menjadi milikku. Rakyat Kerajaan Valha mungkin akan melawan, tapi mereka tidak tahu apa yang mereka hadapi.

Rodrigo, kau dan rakyatmu mungkin berpikir kalian bisa melawan, tapi aku akan memastikan bahwa setiap perlawanan yang kalian lakukan akan sia-sia. Ambisiku tinggi dan aku tidak akan membiarkan siapa pun atau apa pun menghalangiku. Kerajaan Valha akan tunduk di bawah kekuasaanku dan aku akan berdiri sebagai raja yang tak terbantahkan.

Raja Diego tersenyum licik, melipat surat itu dan meletakkannya di meja. Tekad dan ambisinya semakin membara, siap untuk melanjutkan rencananya menaklukkan Kerajaan Valha. Ia berdiri dari kursinya, memanggil seorang pegawai istana. “Pelayan!”

Pelayan istana segera memasuki ruangan dan membungkuk hormat di hadapan Raja Diego. “Baginda, apa yang bisa saya lakukan untuk Anda?”

“Aku ingin kau mengirimkan pesan kepada pensahihatku. Suruh dia mengirimkan utusan ke Kerajaan Valha untuk mengatakan secara langsung kepada Raja Rodrigo bahwa dia boleh melakukan apa pun dengan pasukan kita yang tertangkap. Mereka tidak lagi berguna bagi kita. Pasukan yang gagal menaklukkan Valha tidak ada gunanya bagi kita. Biarkan ini menjadi pelajaran bagi yang lain. Aku hanya butuh prajurit yang kuat dan tak tergoyahkan.”

“Baik, Baginda. Saya akan segera menyampaikan pesan Anda.” Pelayan istana membungkuk dan segera meninggalkan ruangan untuk melaksanakan perintah. Sementara Raja Diego kembali duduk merencanakan langkah selanjutnya.

***

Utusan dari Kerajaan Valley datang ke Kerajaan Valha keesokan harinya untuk menyampaikan apa yang telah diperintahkan kepadanya. Setibanya di sana, ia kaget karena tidak ada perlakuan layaknya seorang musuh, bahkan ia mendapatkan sambutan baik dari sang putra mahkota. Alessio mengantarkannya hingga menemui Raja Rodrigo.

Seperti yang sudah ia duga, setelah ia menyampaikan pesan dari Raja Diego, sontak membuat Raja Rodrigo geram, bahkan memintanya untuk menetap di Kerajaan Valha hingga hukuman itu dilaksanakan sebagai bukti bahwa Kerajaan Valha sedang tidak bermain-main.

Pagi hari berikutnya, di tengah-kota Kota Valha, para penyerang dari Kerajaan Valley dijatuhi hukuman mati. Kepala mereka dipenggal dan jasadnya akan dikirimkan ke Kerajaan Valley.

“Hidup, Baginda Raja Rodrigo. Hidup, Valha.” Rakyat terus menyerukan kalimat itu.

Utusan dari Kerjaan Valley lantas kembali ke kerajaannya dengan membawa jasad pajurit yang sudah mati. Ia lantas melaporkan semuanya kepada sang raja yang tentu saja murka.

***

Alessio bersama kuda putih kesayangannya pergi memasuki Hutan Valha yang menjadi batas dari Kerjaan Valha dan Kerajaan Valley. Alessio berencana ingin berburu hewan di dalam hutan sambil melihat kondisi sekitar, memastikan tidak ada prajurit Kerajaan Valley yang mencoba menyusup.

Suara singa yang tiba-tiba menggelegar, memecah keheningan di hutan. Dengan kekuatan pendengaran yang sangat tajam, Alessio langsung membidikkan anak panah yang melesat cepat. Total ada tiga anak panah yang dilepaskan untuk menaklukan binatang buas itu.

Alessio menghampiri buruannya yang sudah tidak bernyawa dengan darah bersimbah di mana-mana. Disayatnya daging singa itu dan ia jadikan makan malam. Setelah menyantap hasil buruannya, Alessio sejenak terlelap di bawah pohon. Namun, riuh alam di tengah hutan membangunkan Alessio. Ia mengambil air di sungai untuk mencuci wajah dan minum. Tak lama kemudian Alessio bergegas kembali menaiki kuda kesayangannya untuk melanjutkan perjalanan kembali ke kerajaan.

Alessio EmiliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang