Emilia berdiri di balkon memandangi pemandangan luas dan megah di sekitarnya. Ia telah hidup di sebuah tempat yang awalnya terasa asing, tetapi perlahan-lahan menjadi rumah kedua baginya.
Berita tentang sayembara pencariannya di Kerajaan Valley telah mencapai telinganya dan ia tahu bahwa saatnya telah tiba untuk mengungkapkan siapa dirinya yang sebenarnya. Emilia mengingat kembali hari-hari awalnya di Valha. Saat itu, ia hanya seorang wanita muda yang tersesat. Namun, Kerajaan Valha memberinya perlindungan dan kesempatan untuk mengembangkan dirinya, meskipun identitas aslinya tetap tersembunyi.
Emilia merasa hatinya tertarik antara dua dunia. Di satu sisi, ia telah menemukan kehidupan dan keluarga baru di Kerajaan Valha. Di sisi lain, Kerajaan Valley adalah tempat ia berasal dan keluarganya di sana pasti merindukan dirinya.
“Mungkinkan ini saatnya mengatakan siapa diriku sebenarnya?” Emilia memejamkan mata sejenak, merasakan angin lembut yang meniup wajahnya. Ia tahu keputusan ini tidak akan mudah. Ia membuka mata dan memandang jauh ke arah cakrawala.
Ketukan lembut di pintu sedikit mengejutkan Emilia yang baru saja masuk ke kamar. “Masuk,” ujar Emilia dengan suara lembut.
Pintu terbuka dan Alessio masuk dengan senyum hangat di wajahnya. “Emilia, aku harap aku tidak mengganggu,” kata Alessio. “Aku ingin mengajakmu makan malam bersama. Sudah lama kita tidak menghabiskan waktu bersama.”
Emilia tersenyum, merasa sedikit terhibur oleh kehadiran Alessio. “Tentu saja, Alessio. Aku senang kau mengajakku.”
Mereka berdua berjalan menuju ruang makan yang dihiasi dengan cahaya lilin. Meja telah disiapkan dengan hidangan lezat dan suasana malam itu terasa nyaman dan akrab. Emilia merasa sedikit lebih baik berada di sekitar seseorang yang peduli padanya. Namun, selama makan malam, Alessio yang memperhatikan Emilia, menyadari wanita itu tampak sedikit murung.
“Ada apa, Emilia? Kau terlihat tidak seperti biasanya. Apakah ada yang mengganggumu?”
Emilia terdiam sejenak, mencoba menahan perasaannya. Namun, ia merasa nyaman berbicara dengan Alessio, meskipun tidak bisa mengungkapkan segalanya.
“Aku hanya ... merasa sedikit rindu rumah, Alessio. Ada banyak hal yang aku pikirkan akhir-akhir ini.”
Alessio mengangguk. “Aku mengerti, Emilia. Kadang-kadang kita semua merindukan sesuatu yang kita tinggalkan, tapi ingat kau selalu punya teman di sini. Kami semua peduli padamu.”
Kata-kata Alessio membuat Emilia merasa sedikit lebih baik. Ia menghargai perhatian dan dukungan yang Alessio berikan. Setelah makan malam, mereka berjalan di taman istana, menikmati udara malam yang segar.
“Terima kasih, Alessio,” kata Emilia dengan tulus. “Malam ini sangat berarti bagiku.”
Alessio tersenyum hangat. “Aku senang bisa membuatmu merasa lebih baik, Emilia. Kau selalu bisa mengandalkan aku.”
***
Sinar matahari yang cerah menerobos masuk ke kamar Emilia, membangunkannya dari tidur. Ia merasa sedikit lebih segar setelah malam yang tenang berkat dukungan Alessio. Ketukan di pintu kembali terdengar. Emilia mendongak sebentar.
“Masuk,” ujar Emilia sambil duduk di tepi ranjang. Alessio masuk dengan senyum cerah di wajahnya.
“Selamat pagi, Emilia. Aku harap kau tidur nyenyak.”
Emilia tersenyum, merasa senang melihat Alessio lagi. “Selamat pagi, Alessio. Ya, terima kasih. Aku tidur cukup nyenyak.”
Alessio mendekat. Ia mengenakan busana kebesaran Kerajaan Valha yang indah. “Aku ingin mengajakmu ke luar hari ini. Kita akan menaiki kuda putih kesayanganku dan menyapa rakyat.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Alessio Emilia
RomanceBencana alam melanda Kerajaan Valley dan Kerajaan Valha, dua kerajaan yang selama bertahun-tahun bermusuhan. Berbeda dengan Kerajaan Valha yang mampu memulihkan diri dengan cepat, Kerajaan Valley justru mengalami keterpurukan. Penasihat Raja Kerajaa...