5. Cemburu

784 58 9
                                    

Zean duduk di kursi teras rumahnya sambil meminum cokelat hangatnya, ini baru pukul 7 malam dan ini pun hari libur, tetapi lelaki itu tidak pergi kemana pun. Aldo pergi bersama ashel, hal itu membuat zean tidak tau harus kemana lagi. Tadi sore ia habis menghubungi keluarganya, mereka menyuruh zean untuk berlibur ke sana, akan tetapi zean belum bisa memastikan kapan ia akan pergi mengunjungi keluarganya, sebab ia harus mengajukan cuti terlebih dahulu.

Zean memainkan ponselnya, membaca chat dari marsha yang selalu membuatnya tersenyum sendiri. Semenjak mereka dekat dan saling bertukar kontak, mereka jadi sering sekali chat. Marsha juga terkadang menyiapkan bekal untuk zean, semua bisa dilakukan karena jam berangkat zean dan vito berbeda. Vito berangkat pagi-pagi karena kantornya lumayan jauh dan rawan macet, sedangkan zean cenderung agak siang karena dekat.

Marsha

Kamu ngapain sendirian di depan?

Nunggu janda lewat

Dih, genit amat😒

Haha, biarin, aku kan jomblo ga ada
yang cemburuin 😌

Masuk gih, nanti masuk angin.

Masih mau di depan shaaaa

Ga ngopi kan?

Engga, cokelat ini

Bagus👍
Jangan ngerokok!

Siap bu bos🤓

.

.

.

Zean kembali menyimpan ponselnya, ia menghirup dalam aroma khas malam hari, dengan tenang ia meminum cokelat hangatnya. Entah kenapa kini hidupnya jauh lebih tenang, apa ia mulai bisa melupakan chika? Tidak, bukan karena itu, tapi karena ada marsha yang kini selalu ada bersamanya. Semakin ia lawan rasa itu, semakin besar juga mereka berontak. Makanya ia membiarkan semuanya mengalir, asal ia tidak melewati batasnya.

Mata zean melirik pada arah rumah marsha, di mana di sana marsha dan vito keluar bersamaan dengan membawa segelas cokelat dan kopi yang ia yakini milik vito. Apa marsha tidak marah pada suaminya itu karena meminum kopi? Kenapa justru marsha marah jika ia meminum kopi?

Zean bingung, tapi kemudian ia tersenyum, ia menurunkan kursinya yang memang bisa dijadikan tempat untuk tidur. Kakinya ia naikkan ke atas meja dan mulai merebahkan dirinya, sebetulnya ia sedang menahan sesak kala melihat kedekatan dan keromantisan suami istri di sana, hatinya sesak sekali melihat marsha ditarik ke dalam dekapan vito.

Zean kembali mengintip adegan romantis itu, dimana sesekali vito mengecup pipi marsha ketika mereka bercanda. Setelahnya Zean memilih untuk menatap atap dan mulai memejamkan mata guna menghilangkan rasa sesaknya. Kakinya lurus dengan dinaikkan ke atas meja, tangannya ia lipat di depan dada bidangnya, matanya terpejam menikmati rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuhnya.

Tanpa ia sadari pejaman mata itu membuatnya pulas, ia baru tersadar ketika ada telfon masuk dari aldo yang menanyakan dimana keberadaannya. Ia terkejut melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 11 malam, ia lumayan lama tertidur karena menutup rasa cemburunya. Buru-buru zean membuka ponselnya, melihat banyak chat masuk dari marsha.

PosesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang