Hubungan rahasia itu berjalan dengan sangat baik, keduanya bahkan bagaikan pasangan suami istri yang sedang dalam masa bahagia menjalani rumah tangga. Zean menemani masa kehamilan marsha dengan sangat baik, ia sangat sabar menghadapi segala sikap marsha yang berubah-ubah. Marsha sangat sensitif, bahkan saat itu pernah marsha tidak ingin tidur sekasur dengan zean dan lelaki itu hanya pasrah menerimanya, zean memilih tidur di sofa.
Berbulan-bulan keduanya tinggal bersama, menjalani pahit dan manisnya tinggal seatap. Sesekali aldo maupun chika mampir ke apartment untuk menemani marsha, iya, chika. Sejak hari terakhir pertemuan dengan suami marsha, chika mulai mencoba mengakrabkan dirinya dengan wanita yang dicintai oleh mantan kekasihnya.
Chika jadi tau kenapa zean memilih nekat menjalin hubungan dengan wanita tersebut, sebab apa yang ada dalam diri marsha itu tidak ada dalam dirinya dan itu yang mungkin sejak dulu zean cari dalam dirinya. Marsha adalah orang yang asik dan menyenangkan untuk dijadikan teman, chika merasakan kenyamanannya ketika mengobrol tentang banyak hal bersama marsha.
Kini usia kandungan marsha sudah menginjak 8 bulan dan tidak lama lagi ia akan melahirkan. Baik Zean, aldo, maupun chika sendiri dibuat sibuk mempersiapkan segala keperluan untuk marsha dan bayinya, mereka dengan kompak menjaga marsha secara bergantian dan membeli segalanya bersama. Iya, chika dan marsha memang sudah menjadi teman, mereka telah berhubungan baik.
Marsha merasakan hidupnya jauh lebih bahagia sekarang, ia dikelilingi oleh orang-orang yang baik dan perduli padanya. Tetapi ada sebuah rasa mengganjal dalam hatinya, sebab ia belum benar-benar resmi bercerai dengan suaminya. Terkadang ia sedikit terpikir bagaimana keadaan suaminya tersebut, namun semua cepat berganti ketika melihat bagaimana sikap Vito dulu.
Sejak awal pergi dari rumah dan menetap di tempat zean, saat itu juga ia tidak lagi pernah keluar rumah. Demi keamanan dan kenyamanannya ia merelakan diri untuk tidak pergi kemana pun, lagipula ia tidak pernah merasa kesepian karena zean dan kedua temannya selalu datang menemaninya secara bergantian. Apalagi saat ini ia sudah dekat dengan chika, ia makin merasa dirinya tidak kesepian seperti awal dulu.
"Anak lu cewek apa cowok sih ze? Bingung gua ini milih bajunya nanti." Ucap aldo berjalan menuju sofa, ia habis dari dapur untuk mengambil minum.
"Terakhir USG sih cowok do, tapi ga tau juga dah." Sahut zean membuat marsha tertawa.
Sungguh, marsha tidak keberatan sama sekali jika zean diakui sebagai ayah dari anak yang ia kandung, justru ia sangat bahagia karena zean mengakui anak dalam kandungannya saat ini adalah anaknya.
"Ga jelas banget lu jadi bapak, biarin aja udah ntar gua beliin baju pink, kan jadi gemes tuh kalo ternyata anak lu cowok." Seru aldo tertawa, chika yang duduk di dekat marsha pun ikut tertawa mendengar celetukan dari mulut aldo.
"Ga apa, biar ganteng kaya gua, kan gua bapaknya." Sahut zean melempar senyum bahagia pada marsha.
Jika ditanya bagaimana rasanya melihat interaksi antara marsha dengan zean, sungguh chika akan menjawab bahwa semua itu adalah sakit yang paling sakit. Tapi hatinya mencoba damai dan berusaha menerima segalanya, ia pun sudah mulai menerima lelaki lain dalam hidupnya agar tidak terlalu dalam jatuh pada cinta yang sudah tidak bisa ia miliki.
"Btw, gua ga bisa lama-lama nih ze, ashel mau minta temenin nonton." Ucap aldo berpamitan.
"Sekalian ga chik? Tadi kata lu zahran jemput di lobby." Ucapnya pada chika.
"Iya dong, bareng aja ke bawahnya, bentar lagi dia nyampe kok."
Zean mengangguk, ia tidak masalah jika chika dekat dengan zahran. Justru ia merasa sedikit lega karena ia takut kalau akan terus menyakiti hati chika jika bersikap egois, ia membiarkan chika mencari cinta barunya.