11. Debat

682 80 20
                                    

Bagaikan hidup yang telah berjalan semestinya, hubungan antara zean dan marsha perlahan merenggang. Sesekali memang saling membalas pesan, itu pun saling ribut dan tidak mau mengalah. Zean merasa marsha egois, marsha menginginkan hubungan dengannya, tetapi masih hidup bersama suaminya saat ini dan marsha merasa zean tidak pernah serius dalam ucapannya, zean tidak serius dalam mencintainya.

Chika sang mantan selalu menyempatkan diri untuk datang ke rumah zean, setiap waktunya sedang senggang sudah pasti ia akan pergi ke rumah lelaki itu. Kehadiran chika kembali membuat zean semakin memudarkan rasanya pada marsha, apalagi proses melupakan chika adalah hal paling berat untuknya dan ia lemah soal itu.

Di tengah kebahagiaan antara chika dan zean yang seolah tengah menjalin kembali hubungan yang pernah kandas, di lain sisi seorang wanita menangis dalam diam di dalam kamarnya seorang diri. Wanita itu menangis sambil melihat sesuatu yang ia pegang di tangannya, dadanya terasa sesak, hidupnya seolah akan hancur setelahnya.

Isi kepalanya terasa penuh, ia bingung dengan dirinya sendiri, bayangan demi bayangan memenuhi penglihatannya dan saat itu juga, dalam keadaan mata sembab, wanita itu berjalan menggunakan taxi menuju club malam. Malam itu untuk pertama kalinya wanita bernama marsha menginjakan kakinya ke club malam, ia sampai kebingungan dengan apa yang ada di dalam sana. Namun hatinya menyuruhnya ke sana, ia hanya menuruti isi kepalanya.

Satu botol minuman dengan alkohol disisi tinggi ia beli, padahal ia tidak pernah menyentuh minuman itu sama sekali. Ia memilih tempat paling pojok, berjalan dengan tatapan kosong dan duduk tanpa ingin melihat sekitarnya. Marsha memandang botol yang baru pertama kali ia pegang, hatinya menjadi bimbang, tetapi bisikan itu jauh lebih kuat yang akhirnya membuat dirinya menuangkan isi minuman itu ke dalam gelas dan langsung menenggaknya dalam sekali tenggakan.

Panas, itu yang dirasakan marsha saat minuman itu masuk ke dalam tenggorokannya. Marsha menyumpahi rasa minuman tersebut, ia jadi bingung kenapa banyak orang menyukai minuman yang rasanya seperti neraka ini. Tapi pikiran yang sedang penuh itu membuatnya kembali meneguk gelas demi gelas, sampai membuat kepalanya terasa pusing.

"Marsha! Lu ngapain di sini?!"

Seseorang datang mendekat pada marsha yang kini sedang menumpu kepalanya dengan kedua tangannya guna menghilangkan rasa pusing.

"Astaga! Lu mabok?!" Lanjutnya ketika melihat botol minuman di atas meja sudah kosong.

Marsha tidak menjawab, kepalanya terlalu pening, ia hanya bisa memejamkan mata untuk menghilangkan rasa pusing yang saat ini terasa seperti meremas kepalanya.

"Zeee..." Racau marsha.

"Anjir! Sha! Sadar dong!" Seru orang itu sambil mengguncangkan bahu marsha.

"Ze, kamu ze?" Racaunya sambil meraba wajah lelaki itu dengan mata terpejam.

"Kamu bukan ze" Lemas marsha, ia kembali menjatuhkan kepalanya di atas meja.

Orang yang tak lain adalah aldo itu meremas rambutnya, ia bingung harus mengambil keputusan apa. Di sisi lain ia ingin memanggil zean karena marsha terus meracaukan nama temannya itu, tetapi ia takut jika ashel mengetahui dirinya mempertemukan kembali zean dengan marsha, ashel sangat membenci marsha karena menurutnya marsha lah yang membuat zean jatuh sakit. Tetapi di sisi lain ia tidak bisa membawa marsha pergi, ia tidak ingin terjadi kesalahpahaman antara dirinya dengan zean jika temannya itu tau kalau ia membawa marsha dalam keadaan mabuk. Ia juga bingung untuk menghubungi suami marsha, sebab ia tidak mengenal siapa suami marsha.

"Ck! Persetan lah, daripada makin panjang urusan!" Keluhnya mengambil ponsel dan mulai menghubungi temannya tersebut.

"Halo, ze. Lu lagi sama chika ga?"

PosesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang