Anggara Mergabumi Rhezky, Sadam Tara Alrian, Tirta Setyawan tiga pilar kehidupan XI Ips 1. Terbiasa bersama dari kelas sepuluh menjadikan mereka terlihat kompak dalam segala hal, temasuk bolos kelas.
"Ta cepetan, si Bumi udah disana" Sadam yang baru masuk kelas segera menghampiri Tirta yang sedang bermain game online.
"Bentar-bentar dikit lagi"
"Gak percaya, sebentar lu lama" Sadam merebut handphone Tirta "ets jangan protes keburu guru datang"
"Yaudah ayo" Tirta berjalan lebih dulu menuju pagar belakang sekolah "ada yang mau ikut gak?"
"Nanti nyusul" jawaban yang diangguki Sadam
Entah ketahuan bolos atau bagaimana, tapi belum ada 10 menit pergi, mereka sudah datang kembali dengan wajah Tirta yang panik dan wajah Sadam yang pias.
"Kenapa bro? Ketahuan" tanya anak kelas
"Dia nginjek paku anjrit" tunjuk Tirta pada kaki Sadam yang sudah berlumuran darah.
"Bawa ke rumah sakit ege ngapain kesini"
"Mau minta surat dispen aja biar halal" katanya sambil berlalu memapah Sadam dibantu Andra menuju lobi.
Jam istirahat sudah berlalu, Andra kembali kekelas setelah menemani Tirta dan Sadam membuat surat dispen.
"Lama banget Ndra, ditanya aneh-aneh ya?" Tanya Yaya penasaran
"Heem, ditanya kenapa bisa nginjak paku, gue jawab aja lagi cosplay jadi Limbad" Andra tertawa dengan ucapannya.
"Sialan lu" umpat Yaya
"Loh Mi kok kesini, gue mau nyusul lu nih" Agi berucap setelah siap meninggalkan kelas
Bumi yang terlihat seperti mencari sesuatu dan seperti orang linglung tidak merespon ucapan Agi, membuat kerutan didahi Agi terlihat jelas.
"Sadam sama Tirta kemana?" Tanyanya
"Sadam nginjak paku pas mendarat dari pagar, sekarang lagi kerumah sakit sama Tirta, lah bukannya udah ngechat lu ya?" Jelas Andra
"Ada yang kartunya sama, sama punya gue gak?" Jawabnya gak nyambung sambil matanya terus menelusuri setiap penjuru ruangan.
"Nih punya gue" ucapku yang ternyata keduluan Tari
Wajahnya yang tampak tak tenang juga gelagat tubuh yang tak rileks membuatku berspekulasi bahwa handphone-nya telah hilang.
"Gak aktif" gumamnya
"Jangan bilang handphone lu hilang?" Duga Agi, Bumi mengangguk sebagai respon masih berusaha menghubungi nomornya.
"Tadi lu kemana aja?" Sekarang Andra sudah berada didepanku, bertanya dengan serius.
Bumi menjawab setelah berkali-kali gagal melakukan panggilan.
"Gue cuma jalan kebelakang, lompat pagar, duduk di warung Bara, ngobrol sama anak-anak, pas ngerogoh saku baru ngeh udah gak ada" jelasnya.
"Udah lu telusuri jalan yang lu lewati?" Tanya Indy, posisinya kita berada didepan kelas dekat dengan meja guru.
"Udah, berkali-kali malah" jawabnya
"Susah sih kayaknya, udah banyak anak yang lewat sana" ucap Andra yang berkali-kali melihat anak sekolah melompat pagar karena duduknya tepat disamping pagar belakang yang berjendela kaca.
"Terus gimana dong?" Tanya Tari prihatin
"Ya gak gimana-gimana tinggal beli yang baru" hiburnya pada diri sendiri "iya gak bro" lanjutnya menepuk bahu Agi sambil tertawa.
Esoknya, kelas yang tadinya ramai mendadak hening karena kedatangan Bumi dan Tirta yang memapah Sadam, bukannya menanyai keadaan Sadam mereka malah bertanya mengenai respon orangtua Bumi setelah tahu anaknya grasak-grusuk kehilangan handphone.
"Nyokap cuma nasihatin doang, kalau bokap lagi diluar kota malah ditelepon kena marah kan gue" jawaban Bumi yang diangguki para pendengar
"Kasian" Sadam mengelus kepala Bumi, berpura-pura mengasihani sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA ABADI
Teen FictionBahkan empat tahun setelah hari kelulusan semesta seperti enggan untuk berpihak.