Hari terakhir ujian kenaikan kelas, Bumi yang berbeda ruangan dengan Sadam dan Tirta terus saja melancong mencari rekan. Bahkan sebelum masuk keruangannya, aku sering kali memergoki Bumi berada didepan ruangan untuk sekedar bercakap-cakap dengan Sadam dan Tirta. Fyi, aku satu ruangan sama kedua sahabatnya.
Dengan pakaian putih abu yang bajunya dimasukan kedalam celana, dasi yang sudah bertengger rapi dileher juga tas selempang kecil dari anyaman bambu yang selalu dia bawa saat ujian tampak sedang tertawa dengan tingkah kakak kelas yang sudah akrab dengannya.
"Bumi itu stylish abis, cuma dasarnya cowok aja jadi keliatan simple" ucap kakak kelas cewek disampingku.
"Gak heran sih, emaknya kan punya butik besar" jawab temannya "tapi dia keren loh, gak pernah pamer ini itu" diangguki yang lain.
🍯🍯
Tiba saatnya pembagian raport semester dua kelas sebelas. Para orang tua sudah memasuki ruangan kelas sedangkan para murid menunggu diluar ruangan. Saat itu mataku tak melihat keberadaannya, entahlah dia hadir atau tidak.
Satu persatu para orang tua mulai keluar dengan buku raport anak-anaknya termasuk mamaku yang menenteng buku raport bertuliskan 'Lavina Dexira'.
"Gimana?" Tanyaku penasaran
"Masih sama" jawabnya tersenyum "pertahankan"
"Lav berapa?" Itu suara Andra yang baru keluar dari kamar mandi menemani mamanya.
"Enam. Lu berapa?" Tanyaku balik, tersenyum ramah karena ada mamanya, begitupun sebaliknya
Andra menjawab tapi aku lupa dia menjawab apa, yang jelas mamanya tak mempermasalahkan peringkat 'yang penting naik' ucapnya kala itu.
Sepulang dari sekolah aku langsung masuk kamar, melanjutkan tidur pagi yang terganggu karena suara kicauan burung peliharaan papah.
Belum lima menit masuk ke alam mimpi handphone ku terus berbunyi, karena penasaran aku bangkit dan membuka notifikasi yang ternyata dari grup kelas.
102 pesan belum dibaca
Malas sekali membaca pesan yang sudah menumpuk seperti ini, tapi karena ada Bumi yang ikut nimbrung akhirnya gas ajalah.
7 foto dikirim 3 menit yang lalu
Foto beberapa anak kelas dengan wali kelas juga dia yang ternyata datang kesekolah. Terbesit rasa sesal kenapa memilih pulang duluan. Tapi gapapa seenggaknya bisa ngeliat dia dari layar sebelum libur semester.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA ABADI
Teen FictionBahkan empat tahun setelah hari kelulusan semesta seperti enggan untuk berpihak.