Duduk berhadapan seperti ini aku bisa dengan jelas dan puas melihat penampilan Bumi, celana levis berwarna hitam, baju koko putih dengan logo club kesukaanya didada sebelah kiri, juga peci hitam yang bertengger rapih dikepalanya.
Masyaallah.
"Assalamualaikum" pintu terbuka menampilkan ketiga guru yang bertugas menjadi juri
"Waalaikumsalam" jawab kami serentak
Alunan musik bernuansa rumah makan lesehan sudah terdengar dipenjuru ruangan, meskipun kami tidak duduk lesehan tapi kami menikmati (ketidak nyambungan) ini.
"Sebelum memulai makan minum berdoa mulai" itu suara Bumi, aku yang sedang menunduk melihat kearahnya sambil berucap tanpa suara.
"Belum juga ambil makanannya"
"Hah" dia juga berucap tanpa suara sambil mengangkat sebelah alis disela doanya, pandangan kami sempat terkunci beberapa detik.
"Belum juga ambil makan" ucapku lagi, dia tersenyum seperti baru menyadari tingkahnya
Selesai berdoa kami mengantri mengambil nasi, masih dinilai oleh juri. Setelah kami sudah mendapatkan nasi masing-masing barulah mereka pamit undur diri.
Aku duduk ditempatku lagi tapi tidak dengan Bumi yang duduk dimeja sebelah karena tempatnya tadi sudah ditempati orang lain. Dia terlihat mundar mandir mencari tempat duduk yang nyaman, setelah guru keluar. Dan pada akhirnya dia jongkok dibawah jendela dengan punggung yang disandarkan pada dinding, melanjutkan makan yang sempat tertunda.
Hari itu merupakan momen langka antara aku dan Bumi, karena sebelumnya kami memang jarang berinteraksi.
🍯🍯
Semester lima dengan banyaknya drama didalam kelas, perselisihan, kebersamaan, juga insiden yang sebelumnya hanya guyonan.
Tepat hari ini pembagian raport semester satu dikelas tiga, seperti biasa pengambilan didampingi wali murid. Kali ini kami ikut memasuki ruangan, duduk dibangku kosong, berdiri dibelakang kelas, selonjoran santai dilantai. 10 menit wali kelas memberikan sambutan masih belum ada tanda-tanda penutupan.
Saat itu, aku dan Tari duduk dibangku kosong tepat dipojok kelas, asik mengobrol sampai tak menyadari kalau dia baru saja tiba dengan walinya. Karena tidak ada lagi kursi kosong, aku dan Tari mempersilahkan mereka untuk menempatinya.
Tak berselang lama wali kelas mengakhiri sesi sambutan dilanjut dengan pengumuman 3 besar juara kelas, selebihnya kami kecewa karena wali kelas tidak memberitahu peringkat selanjutnya.
Saat absen nomor empat dipanggil, dimana seorang Anggara Mergabumi Rhezky mendampingi walinya serta guru yang memberikan penjelasan tentang sikap Bumi yang semakin nakal, terlihat respon canggungnya yang hanya tersenyum tanpa memberikan omelan atau semacamnya.
Kemudian terdengar selentingan singkat dari samping kanan tempatku berdiri 'kalau wali yang ngedampingi Bumi adalah orang tua sang pacar'
"Bohong lu Tami" ngegas Indy
"Astaga kapan gue pernah bohong Indy" gereget Tami
"Eh itu beneran nyokapnya Fani kan bro?" Kepalaku kembali berputar kearah kiri dimana Tara dan Sadam yang ikut memperhatikan Bumi didepan
"Iyaaa" kesal Sadam karena terus ditanyai hal-hal gak penting 'menurutnya'
"Pantesan telat" gumamku
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA ABADI
Teen FictionBahkan empat tahun setelah hari kelulusan semesta seperti enggan untuk berpihak.