Agustus - November 2019
Dalam rangka memperingati Hari Raya Idul Adha, sekolah kami secara rutin mengadakan lomba antar kelas dimulai dari masakan sampai pada ruangan. Dan hari ini sebagian siswa sedang sibuk menata ruangan kelas senyaman mungkin sebagiannya lagi sedang memasak daging qurban dirumah Tari.
Dua jam kami bergelut dengan ruangan kelas dan kain-kain yang disusun sedemikian rupa dengan lampu tumbler yang dipasang dekat meja prasmanan meskipun makanannya belum datang.
"Eh itu meja yang belakang belum ditutup" ucap Dayat
Selesai menyusun 8 meja yang dikelilingi 8 kursi saling berhadapan, meja sisanya kami susun dibelakang ruangan. Dayat yang menyadari belakang kelas belum dibereskan angkat suara.
"Palunya mana La?" Tanya Dayat padaku
"Ini" ucapku menyusul kebelakang
Ternyata dibelakang sudah ada Bumi yang sedang menutupi meja dengan tirai dan Dayat yang menggenggam beberapa paku.
"Ayo pukul La" ucap Bumi yang sudah siap memegangi sisi tirai pada meja.
"Bentar" aku jongkok disebelahnya dengan palu yang siap aku pukulkan pada paku.
"Pelan-pelan" ucap Dayat
"Iya" jawabku kelewat fokus berakhir
"Anjir" ucap Bumi sambil tersenyum
"Eh maaf maaf" ucapku tak enak, pukulan palu itu mengenai jempol tangan kiri Bumi
"Gapapa gapapa" jawabnya
"Duh" ucapku
Setelah semuanya selesai Bumi berdiri menghampiri Sadam dan Tirta yang baru sampai membawa nampan makanan sambil mengibaskan tangannya.
"Apaan tuh?" Tanyanya
"Nih lihat Mi, lu rendangnya nanti yang ini ya, gue yang ini kalau Tirta yang ini" tunjuk Sadam pada potongan rendang yang paling kecil untuk Tirta
"Eh enak aja, kalau gue yang ini lu yang ini" balas Tirta menunjuk potongan lengkuas
Perhatianku teralihkan oleh suara Tari yang mengajak ke mushola.
"La sholat dulu yuk, masih lama penilaiannya"
"Ayo" kami berjalan melewati Bumi, Sadam dan Tirta yang duduk dimeja dekat pintu
"HEH" tentu saja itu Bumi yang sengaja mengagetkan orang
"Diem deh Mi" respon Tari, sedangkan aku melewatinya dengan wajah datar karena sebenarnya kami tidak sedekat itu.
🍯🍯
"Lagi lagi"
*Cepat kirim grup, mau gue upload"
Suara ribut dari dalam terdengar sampai teras depan untunglah aku dan Tari tidak terlambat datang.
"Belum ada guru" tanyaku
"Belum masih dikelas sebelas" jawab Rere, aku mengangguk, bergabung bersama mereka dimeja dekat jendela.
"Lavi ada yang nyariin" teriak Sadam dari arah pintu, aku berdiri menghampirinya. Ternyata Ace, anak kelas sebelah yang mau mengembalikan mukena yang tadi dipinjamnya.
"Eh Ce" sapaku tersenyum
"La ini makasih ya" ucapnya ramah, aku mengangguk sebagai respon
"Gue duluan" kembali ku angguki ucapannya
Kembali masuk tak lupa menutup pintu, tiga orang guru yang bertugas menjadi juri ternyata sudah berjalan didepan kelas dengan kertas nilai ditangannya.
Karena duduk yang grasak-grusuk entah kebetulan dari mana aku bisa duduk semeja dengan Bumi, Anggara Mergabumi Rhezky yang sebelumnya tidak
pernah aku bayangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA ABADI
Novela JuvenilBahkan empat tahun setelah hari kelulusan semesta seperti enggan untuk berpihak.