6. Uma dan Keanehan File Kerja Uma

43 7 1
                                    

Jika firasat Mia dan apa yang Silvi katakan itu benar adanya, maka Harri harus awasi Uma. Tugasnya ketika mampir ke kantor sebatas amati kinerja para manajer per bagian produksi, itupun bila ada pebisnis yang mau beli produk buatan perusahaan X. Selain itu, Harri tak bisa berbuat apa-apa. Melihat Uma barang sedetik pun tak dapat. Cuma waktu istirahat yang bisa Harri pakai. Harap-harap Uma masih ada di meja ker----

"Oh, Rauma lagi keluar, Pak."

JDARRR!

"Keluar?" Suara dan raut wajah Harri memang tenang dan terkesan arogan, tapi dalam hati ia menjerit serta dadanya sakit lepas dengar keberadaan Uma. "Keluar ke mana, Kana?"

"Ke...." Kana mengerling amat cepat macam hal keningnya banjir peluh. "Ke kafe! Ya, ke kafe."

"Kafe mana? Kan banyak kafe sekitaran sini." Namun dalam hati ia memekik: Ayo dong, kasih tau aku di mana Uma! Aku cuma pengen lihat keadaan Uma!

"Kafe Cherry, Pak," jawab Kana berjengit ngeri. "R-rauma biasanya nongkrong di sana."

"Biasanya juga Rauma nongkrong sama kamu," celetuknya melirik meja Uma sejenak. "Kenapa nggak bareng? Rauma lagi ngapain emang?"

"Katanya laporan yang dia selesaikan kemarin tiba-tiba kacau." Decak iba keluar dari mulut Kana. "Padahal kemarin saya lihat sendiri, Uma sudah selesai perbaiki laporan."

"Benarkah?"

"Iya, tadi sebelum Rauma datang juga, saya periksa punya dia. Tiba-tiba laporannya salah hitung dan data. Saya coba cari salinan berkas yang kemarin malah hilang."

Harri tak tahu. Kemarin ia habiskan waktu sebelum tidur dengan bujuk Uma supaya mau tidur seranjang. Jadi boro-boro lihat hasil kerja karyawannya kemarin, beberapa pesan masuk dari klien saja tak ia buka sehingga banyak kesempatan terbuang cuma-cuma.

Pria dengan rambut hitam disisir ke belakang itu segera masuki ruangan. Lewat komputernya, ia periksa hasil berkas laporan yang Uma kirim kemarin. Tunggu, ada yang aneh. Dahi Hari mengerut. Apa Uma kirim file-nya dua kali? Berkas yang masuk bukan cuma berakhiran docx, tapi PDF pun ada. Entah wanita itu kewalahan bekerja atau bukan, Harri bisa bandingkan hasil laporan Uma lewat format PDF yang notabene tak bisa diubah lagi.

Seketika ia mendelik. Kana benar. Laporan Uma versi PDF jauh lebih akurat dan rapi ketimbang versi docx. Selain itu, dua file tersebut dikirim dalam waktu sama: kemarin sore, sepuluh menit setelah jam kerja selesai. Lebih mengejutkannya lagi, file PDF tersebut ada di penyimpanan pribadinya, bukan folder khusus perusahaan.

"Siapa yang pindahin file-nya?" Sambil bertopang dagu, Harri berpikir serius. Kesampingkan siapa yang sengaja pindahkan hasil laporan Uma versi PDF, Harri bersyukur itu bukan kesalahan Uma. Sekarang, ia harus pecahkan misteri pengubah berkas laporan Uma versi docx.

"Coba lihat kehadiran Uma.... Rauma Shani...." Ia buka file berisi daftar kehadiran karyawan terkini lalu mengetik nama Uma di kata kunci. Data terbaru menunjukkan Uma masuk 5 menit sebelum jam kerja bermula. Dengan waktu semepet itu, tentu Uma tak ada niatan mengubah laporannya sendiri. Jika dia stres pun, secara logika Uma takkan melakukan kesalahan separah ini/ Kalau Kana masuk jam 6 pagi, tapi dia mengaku suka periksa kerjaan Uma dan bakal memberitahunya bila ada yang pelik.

Berarti siapa yang berani otak-atik komputernya?

"Mas Harri!" Cewek berambut merah muncul dengan muka ceria. Clarissa lagi.... Ia jadi jenuh melihat cewek itu. Tangannya terentang ingin memeluk Harri, meski yang ia dekap hanya lengan Harri.

"Sana pergi." Harri menepis pelukan Clarissa, tapi dekapannya makin erat. "Belajar tata krama dan sopan santun kalau mau bertemu sama saya."

"Ih, aku kan pengen ketemu kamu, Mas," kata Clarissa bergelayut manja. "Seenggakny, hargai usahaku dong."

CEO Kejam untuk Cewek DinginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang