Cinta Bersemi Untuk Gadis Meja Belakang

43 5 14
                                    

Hari itu langit dipenuhi gumpalan awan mendung, persis seperti isi hati Diandra. Gadis yang duduk di meja kedua dari depan hanya menggambar doodle di buku catatannya. Sejak tadi, telinga gadis itu mendengarkan ucapan guru musiknya yang sibuk memuji Rei, sang ketua kelas XI-D karena permainan gitar dan suaranya yang bagus. 

Sebenarnya, yang membuat suasana hatinya kacau bukan karena ia tidak suka dengan mata pelajaran musik, melainkan karena seorang murid yang duduk di depannya. Sejak jam pertama pelajaran hari ini, Rei menjadi murid paling aktif di kelas dan selalu menyalip Diandra demi nilai tambahan. Acap kali guru melemparkan pertanyaan, Rei akan lebih dulu mengangkat tangan. Seolah-olah melarang siapa pun untuk mendapatkan nilai tambahan kecuali dirinya. Seperti sekarang contohnya, tatkala sang guru meminta muridnya untuk memainkan gitar di depan kelas.

Rei menjadi anak emas kelas XI-D. Selain itu, ia juga selalu menjadi langganan peringkat teratas di kelasnya, bersaing dengan Diandra dan seorang murid perempuan bernama Jane Evans. Berbicara soal Jane, ia merupakan saudari tirinya Diandra dan keduanya punya hubungan yang tidak baik.

"Bagus, Rei. Gimana kalau kamu jadi perwakilan kelas XI-D untuk pentas seni nanti?" tanya Guru Musik yang sontak membuat Diandra membelalak.

Para murid mulai bersorak, menyuruh Rei untuk mengiyakan tawaran guru musik. Lagi pula, siapa yang tidak mau dapat nilai tambah hanya bermodalkan tampil di pentas seni? Diandra saja menginginkan hal tersebut, sayangnya ia tidak punya kesempatan itu. Padahal, gadis itu seratus persen yakin dirinya lebih berbakat dari Rei. Ia bisa memainkan alat musik yang bahkan teman sekelasnya saja tidak bisa, yaitu harpa. Namun, guru musik tidak mau meliriknya, sebab anak emas lebih menjanjikan.

Rei menatap satu per satu temannya, sebelum tatapan pemuda itu jatuh ke jajaran meja belakangnya. Seulas senyuman tersungging di wajah. "Baik, Pak. Saya mau."

Diandra berdecak sebal seraya mengerling. Kesempatannya untuk mendapat nilai tambahan kembali kandas gara-gara Rei. Jadi, ia kembali menggambar doodle di sudut bukunya. Doodle yang menggambarkan T-rex menyemburkan api ke chibi Rei.

[]

Saat jam istirahat tiba, Diandra sama sekali tidak mood untuk pergi makan siang di kantin. Meski teman-temannya sudah mengajak, ia tetap menolak dan memilih untuk membaca novel berbahasa asing. Sebetulnya, ia hanya ingin pamer pada Jane kalau dirinya juga membaca buku berbahasa asing. Rasa iri pada saudari tirinya benar-benar membuat Diandra melakukan apa pun untuk bisa setara atau bahkan melebihi Jane. Namun, Jane tidak peduli. Gadis yang saat ini tengah menikmati bekal makan siang bersama dua temannya itu tidak sedikit pun melirik Diandra.

Di sisi lain, Rei juga berdiam di kelas bersama teman-temannya. Mereka bermain gitar dan menyanyikan lagu cinta. Setelah satu lagu selesai, tiga pemuda tersebut mengobrol agak kencang. Memang disengaja supaya orang yang dibicarakan mendengar.

"Kalau aku jadi kamu, aku malas ikut pentas seni," ujar Tomo sembari membuka tutup botol minumnya.

"Eh, bukannya bagus kalau Rei saja yang jadi perwakilan. Kita jadi selamat tuh," sahut Kei. "Daripada harus diundi kaya tahun lalu. Malas banget."

Rei tertawa, lalu matanya melirik ke arah para gadis duduk tak jauh dari mereka. Saat itu Diandra dengan wajah tertekuk berdiri, malas mendengarkan obrolan mereka. Jadi, kakinya melangkah ke meja Jane dan teman-temannya sedang makan. Mata ketiga gadis di sana langsung menatap Diandra malas, sudah tahu yang akan dilakukan murid top 3 kelas XI-D.

"Mau apa?" tanya Jane sinis.

"Minta sedikit bekalmu," ujar Diandra tanpa merasa bersalah.

School ExperienceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang